Pejabat tinggi Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Gaza, Dr. Rik Peeperkorn, pada Kamis (6/2) mengatakan lebih banyak rute keluar dari daerah kantong Gaza sangat dibutuhkan untuk evakuasi medis terhadap ribuan warga Palestina, termasuk anak-anak, yang membutuhkan perawatan medis untuk menyelamatkan nyawa mereka.
“Seharusnya ada lebih banyak pasien yang melewati Rafah menuju Mesir, tapi kami juga menginginkan koridor medis lainnya,” ungkap Peeperkorn yang berbicara dalam telekonferensi dari Gaza. “Dan koridor medis pertama yang benar-benar ingin kami lihat dipulihkan adalah jalur rujukan tradisional ke Tepi Barat dan Yerusalem timur. Rumah sakit-rumah sakit di Yerusalem timur dan Tepi Barat sudah siap untuk menerima pasien.”
Peeperkorn mengatakan berdasarkan perjanjian gencatan senjata, mereka dapat mengevakuasi hingga 50 pasien Palestina setiap hari. Sejauh ini, mereka hanya mampu mengevakuasi tidak lebih dari 39 pasien setiap harinya. Menurutnya tindakan ini harus ditingkatkan karena terdapat 12.000 hingga 14.000 pasien yang harus dievakuasi, termasuk setidaknya 5.000 anak-anak. Para pasien ini menderita trauma, masalah jantung dan sejumlah penyakit, termasuk kanker.
Sebelum serangan teror Hamas ke bagian selatan Israel pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang, terdapat 50 hingga 100 pasien di Gaza yang dirujuk setiap hari ke rumah sakit di Yerusalem Timur dan Tepi Barat, terutama untuk masalah jantung dan pengobatan kanker, kata Peeperkorn.
Selama bulan-bulan pertama perang antara Israel dan Hamas, hampir 5.000 pasien dievakuasi melalui penyeberangan Rafah ke Mesir – dan beberapa ke negara lain – untuk mendapatkan perawatan.
Namun setelah militer Israel menutup penyeberangan Rafah pada awal Mei tahun lalu menjelang serangannya ke bagian selatan Jalur Gaza, jumlah orang yang dievakuasi menurun drastis. Dari bulan Mei hingga gencatan senjata diberlakukan pada pertengahan Januari, kurang dari 500 pasien Palestina dievakuasi.
“Padahal warga, dan beberapa pasien kritis, termasuk anak-anak, yang tidak dapat mendapat pertolongan medis, berada dalam kondisi sekarat,” kata Peeperkorn.
Perawatan khusus di Gaza yang dilanda perang sulit dilakukan. WHO mengatakan hanya 18 dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza yang masih berfungsi sebagian. Beberapa di antaranya berada dalam reruntuhan. Banyak di antara mereka kekurangan pasokan dasar dan bahan bakar yang memadai. Peralatan penting telah hancur, kata Peeperkorn, dan hanya tersisa satu pemindai CT dan mesin MRI di seluruh Gaza.
Kebutuhan layanan kesehatan sangat besar bagi seluruh warga Palestina di Gaza karena trauma fisik dan psikologis, kata Peeperkorn. Gencatan senjata saat ini memungkinkan WHO untuk meningkatkan tanggapannya terhadap masyarakat umum, termasuk rencana untuk menyediakan lebih banyak tempat tidur di beberapa rumah sakit yang masih beroperasi, katanya. Dalam beberapa minggu sejak gencatan senjata dimulai, WHO telah mengirimkan 105 truk berisi pasokan medis untuk memenuhi kebutuhan kesehatan 1,6 juta warga Palestina. [em/rs]
Forum