GENEVA —
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk pertama kalinya mengeluarkan panduan global untuk merawat hepatitis C, suatu penyakit hati yang menewaskan antara 350.000 dan 500.000 orang setiap tahun.
WHO mengatakan panduan itu akan mengurangi kematian dari hepatitis C dengan membantu negara-negara memperbaiki pengobatan dan perawatan.
WHO mengatakan antara 130 juta dan 150 juta orang di seluruh dunia mengidap infeksi hepatitis C kronis. Wilayah yang paling terdampak adalah Afrika Tengah dan Timur serta Afrika Utara.
Virus hepatitis C itu terutama menyebar melalui paparan untuk mencemari darah. Hal ini dapat terjadi lewat praktik-praktik perawatan kesehatan yang tidak aman, melibatkan penggunaan kembali jarum suntik. Sejumlah signifikan orang yang terinfeksi hepatitis C akan terkena sirosis atau kanker hati.
WHO menerbitkan panduan itu karena lebih banyak obat hepatitis oral yang lebih efektif dan aman tersedia lebih banyak di pasar.
Stefan Wiktor, direktur Program Hepatitis Global untuk WHO, mengatakan hepatitis C dapat diobati dan disembuhkan dan pengobatan semakin meningkat seiring waktu.
"Dulu perawatan hepatitis C memerlukan suntikan setiap minggu selama sekitar 48 minggu. Obat yang disuntikkan adalah interferon, yang sangat beracun dan sulit dikonsumsi," ujarnya.
"Sekarang waktu perawatan lebih singkat, 12 minggu. Beberapa diantaranya tidak perlu suntikan sama sekali dan hasilnya ada tingkat 90 persen kesembuhan."
Sayangnya, menurut Dr. Wiktor, banyak orang di dunia yang tidak menerima perawatan karena kurangnya kesadaran akan masalah tersebut dan kurangnya pekerja medis yang dilatih untuk mengenali dan menanggulangi penyakit tersebut.
Namun, jelasnya, masalah terbesar adalah sebagian besar orang tidak mengalami gejala. Jadi mereka tidak sadar akan risiko yang dihadapi dan harus diuji. Ia mengatakan infeksi seringkali tidak terdiagnosa sampai terjadi kerusakan hati yang serius.
Selain itu, masalah lain adalah pengobatan yang mahal, bisa mencapai US$84.000 untuk pengobatan 12 minggu.
"Maka panduan ini diterbitkan untuk mendorong negara-negara meningkatkan program perawatan hepatitis C," ujarnya.
Panduan baru itu memberikan rekomendasi untuk penyaringan infeksi hepatitis C, perawatan medis untuk menghambat kemajuan penyakit dan perawatan aman dan efektif untuk menyembuhkan infeksi akut, serta langkah-langkah untuk mencegah penyebaran virus hepatitis C.
WHO mengatakan yakin harga pengobatan akan turun karena semakin banyak orang yang menggunakan dan memiliki manfaat dari obat baru.
WHO mengatakan panduan itu akan mengurangi kematian dari hepatitis C dengan membantu negara-negara memperbaiki pengobatan dan perawatan.
WHO mengatakan antara 130 juta dan 150 juta orang di seluruh dunia mengidap infeksi hepatitis C kronis. Wilayah yang paling terdampak adalah Afrika Tengah dan Timur serta Afrika Utara.
Virus hepatitis C itu terutama menyebar melalui paparan untuk mencemari darah. Hal ini dapat terjadi lewat praktik-praktik perawatan kesehatan yang tidak aman, melibatkan penggunaan kembali jarum suntik. Sejumlah signifikan orang yang terinfeksi hepatitis C akan terkena sirosis atau kanker hati.
WHO menerbitkan panduan itu karena lebih banyak obat hepatitis oral yang lebih efektif dan aman tersedia lebih banyak di pasar.
Stefan Wiktor, direktur Program Hepatitis Global untuk WHO, mengatakan hepatitis C dapat diobati dan disembuhkan dan pengobatan semakin meningkat seiring waktu.
"Dulu perawatan hepatitis C memerlukan suntikan setiap minggu selama sekitar 48 minggu. Obat yang disuntikkan adalah interferon, yang sangat beracun dan sulit dikonsumsi," ujarnya.
"Sekarang waktu perawatan lebih singkat, 12 minggu. Beberapa diantaranya tidak perlu suntikan sama sekali dan hasilnya ada tingkat 90 persen kesembuhan."
Sayangnya, menurut Dr. Wiktor, banyak orang di dunia yang tidak menerima perawatan karena kurangnya kesadaran akan masalah tersebut dan kurangnya pekerja medis yang dilatih untuk mengenali dan menanggulangi penyakit tersebut.
Namun, jelasnya, masalah terbesar adalah sebagian besar orang tidak mengalami gejala. Jadi mereka tidak sadar akan risiko yang dihadapi dan harus diuji. Ia mengatakan infeksi seringkali tidak terdiagnosa sampai terjadi kerusakan hati yang serius.
Selain itu, masalah lain adalah pengobatan yang mahal, bisa mencapai US$84.000 untuk pengobatan 12 minggu.
"Maka panduan ini diterbitkan untuk mendorong negara-negara meningkatkan program perawatan hepatitis C," ujarnya.
Panduan baru itu memberikan rekomendasi untuk penyaringan infeksi hepatitis C, perawatan medis untuk menghambat kemajuan penyakit dan perawatan aman dan efektif untuk menyembuhkan infeksi akut, serta langkah-langkah untuk mencegah penyebaran virus hepatitis C.
WHO mengatakan yakin harga pengobatan akan turun karena semakin banyak orang yang menggunakan dan memiliki manfaat dari obat baru.