Sebanyak 43 peserta dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Barat (Jabar) dan provinsi lain unjuk kebolehan dalam karnaval di kawasan Gedung Sate, Bandung. Mereka menampilkan berbagai kostum dan tarian yang menunjukkan kekayaan budaya masing-masing daerah.
Kepala Dinas Pariwisata Jabar, Dedi Taufik, mengatakan festival ini menjadi etalase berbagai budaya di Tanah Pasundan dan Indonesia.
“Bermacam budaya, khususnya yang ada di Jawa Barat, ada Sunda-Betawi, Pantura, dan Priangan, dikemas dalam West Java Festival, kemudian berkolaborasi dengan Nusantara. (Dengan) Festival ini mengajak kunjungan ke Jawa Barat,” ujar Dedi Taufik.
WJF merupakan peringatan HUT provinsi Jabar yang pada tahun-tahun sebelumnya dinamai ‘de Syukron’. Tahun ini, peringatan publik itu mengambil tema yang lebih inklusif.
Mengusung 'To Honour Multicultural Diversity’, WJF 2019 menyajikan karnaval, pertunjukan, pameran, serta wisata kuliner. Sebanyak 260 peserta pameran turut hadir mempromosikan produk unggulan seperti makanan, fesyen, dan kerajinan tangan.
Dedi berharap, kekayaan yang digelar dalam festival tersebut mampu menarik kunjungan pariwisata ke Jawa Barat.
“Dengan pendekatan bhinneka tunggal ika, berarti turunannya adalah kebudayaan. Kebudayaan ini menjadi kekuatan untuk pariwisata. Dituangkan dalam West Java Festival,” tambahnya.
Salah satu pengunjung, Annisa, mengatakan terpukau dengan berbagai sajian budaya dalam ajang ini. "Sayang sekali penontonnya pada nggak duduk, jadi sedikit tidak kelihatan. Tapi ketika melihat di layarnya, keren," ujarnya.
Dalam WJF 2019, Pemprov Jabar meluncurkan aplikasi Smiling West Java untuk memudahkan turis domestik dan mancanegara berwisata. Aplikasi gratis tersebut mempunyai tiga fitur utama yakni look (melihat daftar peristiwa di Jawa Barat), book (memesan akomodasi), dan pay (membayar akomodasi). Inovasi teknologi ini ditargetkan terutama untuk pasar milenial.
“Kita siapkan. Karena pasar kita 49 persen tadi, berdasarkan data pasar kita, milenial. Kemudian kita padu-serasikan dengan nilai-nilai budaya yang ada di Jawa Barat dan Nusantara,” papar Dedi.
Jabar Bidik Pertumbuhan Pariwisata
Jabar memang tengah berupaya menggenjot ekonomi pariwisata. Gubernur Jabar Ridwan Kamil tengah merancang tiga kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata.
“Pangandaran pariwisata, Cikidang pariwisata, Bogor pariwisata, Jatiluhur juga pariwisata,” ujarnya dalam wawancara Oktober lalu.
Pariwisata di Cikidang, Sukabumi, dianggap menjadi jalan keluar pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi geografis yang curam.
“Jadi memang membangun peradaban perkotaan itu susah. Maka ekonominya adalah ekonomi pariwisata yang tidak membutuhkan agglomerasi manusia terlalu banyak di lahan yang memang sangat curam,” tambah pria yang akrab dipanggil Emil ini.
Sejumlah proyek pariwisata itu diikuti pembangunan infrastruktur. Bandara di Sukabumi akan dibangun dalam waktu dekat. Sedangkan Bandara di Pangandaran sudah lebih dulu beroperasi dan telah mendatangkan lebih banyak wisatawan.
“Memperbanyak bandara. ‘Kan bulan-bulan ini Pangandaran lagi kita buka. Sudah ada beberapa maskapai yang mau. Kemudian bandara di Sukabumi Selatan sudah disetujui dan sedang pembebasan lahan,” pungkas gubernur yang sudah setahun menjabat ini. [rt/ka]