Mula-mula ancaman mati, kemudian perintah penangkapan. Kini Aung Marm Oo bersembunyi setelah dua kali nyaris ditangkap, dengan menyelinap dari apartemen saudara lelakinya, hanya beberapa jam sebelum digerebek personil Satuan Khusus, unit intelijen kepolisian Myanmar yang ditakuti.
Bahaya seperti itu sudah amat biasa bagi wartawan yang menginjakkan kaki di negara bagian Rakhine, wilayah di mana diduga telah terjadi genosida terhadap warga minoritas Muslim-Rohingya, dan di mana pemberontak etnis Rakhine yang menuntut otonomi lebih luas kini bertempur melawan militer Myanmar.
Aung Marm Oo adalah pendiri dan direktur eksekutif Development Media Group (DMG), media berita yang berbasis di ibukota Rakhine, Sittwe. Media ini memberitakan tentang pelanggaran hak asasi manusia dalam bentrokan antara pemberontak Lasyakar Arakan (AA) dan tentara Myanmar baru-baru ini.
Ia termasuk di antara 52 wartawan yang menghadapi persekusi di bawah berbagai UU yang menindas sejak pemerintah Myanmar yang pertama kali dipilih secara demokratis berkuasa tahun 2016. (al/em)