Sejumlah besar warga Palestina terus melakukan perjalanan dari bagian selatan Jalur Gaza menuju rumah mereka di Kota Gaza dan wilayah utara, setelah Israel membuka pos pemeriksaan dan mengizinkan orang lewat.
Kebanyakan para pengungsi Palestina itu berjalan kaki, melalui daerah-daerah yang sebagian besar reruntuhan, setelah perang selama 15 bulan antara Israel dan Hamas.
Pada Senin (27/1) malam, otoritas Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 300.000 orang telah melintas. Sekitar satu juta orang diperintahkan keluar dari Gaza utara ketika Israel memulai ofensif pada Oktober 2023, setelah serangan teroris Hamas terhadap Israel.
Migrasi massal warga Palestina itu terjadi ketika Presiden AS Donald Trump mengulangi usulan kontroversialnya untuk memindahkan dengan paksa, sejumlah besar warga Palestina ke negara-negara tetangga, Yordania dan Mesir.
“Kita melihat Jalur Gaza sudah menjadi neraka selama bertahun-tahun,” kata Trump kepada wartawan hari Senin malam di atas pesawat kepresidenan Air Force One.
“Anda bisa mendapatkan tempat tinggal di daerah yang jauh lebih aman, lebih baik, dan mungkin lebih nyaman bagi mereka,” imbuhnya.
Trump pertama kali melontarkan gagasan itu hari Sabtu (25/1), dan mengatakan bahwa dia ingin Yordania dan Mesir menerima lebih banyak pengungsi Palestina, sebagai bagian dari upaya untuk “membersihkan” Gaza.
Kembalinya warga Palestina ke Kota Gaza berlangsung pada tahap awal gencatan senjata enam minggu, yang pertama dari kesepakatan tiga tahap antara Israel dan Hamas. Sejauh ini, tahap pertama berhasil membebaskan tujuh sandera Israel yang ditahan di Gaza, pembebasan 300 tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel dan lonjakan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Pembebasan sandera putaran berikutnya akan dilakukan kemudian pekan ini. [ps/lt]
Forum