“Saya melontarkan kepalan tinju ke udara beberapa kali dan bersorak ‘Yes!’" ujar Alita Bryant menjelaskan reaksi yang ia keluarkan pada Jumat (24/6) lalu ketika ia mendengar berita bersejarah yang sudah lama ia nantikan.
Mahkamah Agung (MA) AS telah menghapus hak konstitusional aborsi, sehingga meberikan kewenangan bagi negara bagian untuk memutuskan apakah akan mengizinkan, membatasi atau melarang prosedur tersebut. Abrosi selama ini merupakan praktik yang sah untuk dilakukan di Amerika Serikat dalam hampir 50 tahun.
Bryant berbicara kepada VOA ketika ia menghadiri kebaktian pada Minggu (26/6) di Lighthouse Christian Fellowship di Baton Rouge, Louisiana. Ia mengenakan celana jeans dan kaos oblong resmi gereja itu yang berwarna hitam dan putih.
Dari luar, rumah ibadah itu sekilas lebih mirip seperti tempat bisnis ketimbang gereja, mengingat dulunya bangunan tersebut merupakan sebuah toko obat. Di dalamnya, kegembiraan nyata terpampang jelas dari para jemaat yang berjumlah sekitar 80 orang.
Hampir semuanya, seperti Bryant, adalah perempuan Amerika keturunan Afrika.
Banyak dari jemaat yang datang lebih dini guna berdoa sebelum kebaktian dimulai.
“Kami berterima kasih. Ini merupakan kemenangan bagi kami,” kata Bryant, merujuk kepada keputusan MA.
“Anak-anak yang tidak bersalah tidak akan dibunuh, paling tidak di Louisiana. Kami masih harus berjuang sampai ini merupakan larangan di seluruh negara.”
Louisiana adalah satu dari beberapa negara bagian yang memiliki trigger laws atau hukum pemicu yang diberlakukan untuk membuat praktik aborsi menjadi tidak sah sebelum MA memutuskan pelarangan praktik aborsi.
Pembela hak-hak aborsi mengatakan pelarangan aborsi di seluruh AS itu akan menyebabkan nyawa perempuan terancam, khususnya perempuan minoritas dan terpinggirkan.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh NPR/PBS/Marist yang dirilis pada Senin (27/6) memperlihatkan sebanyak 56 persen responden menentang keputusan MA itu, sementara 40 persen lainnya mendukung, dan sekitar 4 persen memberi jawaban tidak pasti.
Lighthouse Christian Fellowship Church, seperti rumah ibadah konservatif di AS lainnya, adalah bagian dari koalisi yang telah berusaha untuk menghapus hak aborsi di Amerika selama beberapa dekade terakhir. Banyak dari jemaat yang hadir dalam ibadah pada hari Minggu itu berdiri, menyambut pernyataan yang diungkapkan oleh Pastor Mike Wicker ketika ia berbicara mengenai kejahatan dari praktik aborsi.
"Setiap orang di sini," ujar sang pastor, "bersyukurlah bahwa ibu kalian telah membuat keputusan yang tepat dan tidak membawa kalian ke klinik aborsi."
"Sekarang," ujar Bryant susai ibadah berlangsung, "klinik-klinik tersebut telah ditutup." [jm/ka/rs]