Durban, kota tepi pantai di Afrika Selatan yang dikenal karena pantai-pantainya yang populer dan iklim hangatnya, menghadapi krisis air yang parah menjelang pemilu nasional. Warga menderita karena keran air kering berkepanjangan dan layanan sanitasi yang buruk.
Kekurangan air ini, yang di sejumlah komunitas telah berlangsung berbulan-bulan, ditimpakan kesalahannya pada salah kelola dan dugaan korupsi yang dilakukan Kongres Nasional Afrika (ANC), partai yang berkuasa di Provinsi KwaZulu-Natal, di mana Durban berada.
Di pinggiran kota bagian utara, masyarakat bertumpu pada sumbangan air yang dikelola oleh kelompok komunitas seperti Voice of Phoenix. “Ini adalah kematian yang pelan,” kata tokoh masyarakat Vassie Govender.
Dia juga menambahkan bahwa warga lansia telah meninggal dari sakit akibat harus mengusung ember air yang berat. Krisis ini juga mendera dari sisi keuangan, karena rumah tangga harus membeli air minum setiap hari.
ANC telah dituduh gagal mengelola infrastruktur Durban yang makin rusak. Analis mengatakan bahwa partai tersebut bisa kehilangan suara mayoritasnya di KwaZulu-Natal pada pemilu 29 Mei karena kekecewaan yang meluas terkait layanan yang diberikan.
“ANC seperti berselancar di permukaan es yang tipis saat ini, karena tantangan pemenuhan layanan ini, dan kemudian partai oposisi bisa memanfaatkan isu tersebut,” kata analis politik Bheki Mngomezulu.
Meski begitu, dia menyebut bahwa akar ANC kuat dan sebelumnya sudah terbukti mampu bangkit lagi. Nasibnya akan sangat tergantung pada apakah pihak lawan bisa memberikan pilihan-pilihan yang kredibel.
Penderitaan di Durban diperparah oleh banjir parah yang telah merusak infrastruktur. Krisis air menyorot perjuangan Afrika Selatan untuk menyediakan layanan mendasar lebih dari 30 tahun setelah berakhirnya era apartheid. [ns/uh]
Forum