Tautan-tautan Akses

Wapres AS Harris Janjikan Komitmen ‘Tak Tergoyahkan’ untuk Filipina


Wakil Presiden AS Kamala Harris berjabat tangan dengan Presiden Filipina Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr di Istana Kepresidenan Malacanang di Manila, Filipina, 21 November 2022. (Foto: REUTERS/Eloisa Lopez)
Wakil Presiden AS Kamala Harris berjabat tangan dengan Presiden Filipina Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr di Istana Kepresidenan Malacanang di Manila, Filipina, 21 November 2022. (Foto: REUTERS/Eloisa Lopez)

Amerika Serikat (AS) memiliki komitmen “tak tergoyahkan” untuk Filipina, kata Wakil Presiden Kamala Harris kepada presiden negara itu, Senin (21/11), dalam kunjungan yang bertujuan untuk membendung China dan membangun kembali hubungan yang retak karena pelanggaran hak asasi manusia di negara di Asia Tenggara itu.

Harris adalah pejabat tertinggi AS yang mengunjungi Manila sejak Presiden Ferdinand Marcos mengambil alih kekuasaan pada Juni lalu. Kunjungan tersebut menandakan hubungan yang berkembang antara sekutu lama itu setelah bertahun-tahun hubungan yang dingin di bawah pendahulunya yang bersahabat dengan Beijing, Rodrigo Duterte.

Harris juga bertemu dengan mitranya dari Filipina Sara Duterte, putri mantan pemimpin yang menggalakkan program perang narkoba yang menewaskan banyak orang dan telah memicu penyelidikan internasional atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Wakil Presiden AS Kamala Harris (kiri) bertemu dengan Presiden Filipina Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr di Istana Malacanang di Manila pada 21 November 2022. (Foto: AFP/Haiyun Jiang)
Wakil Presiden AS Kamala Harris (kiri) bertemu dengan Presiden Filipina Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr di Istana Malacanang di Manila pada 21 November 2022. (Foto: AFP/Haiyun Jiang)

“Kami mendukung Anda dalam membela aturan dan norma internasional yang berkaitan dengan Laut China Selatan,” kata Harris kepada Marcos pada awal pembicaraan di istana presiden di Manila.

“Sebuah serangan terhadap angkatan bersenjata Filipina, kapal umum atau pesawat terbang di Laut China Selatan akan meminta komitmen pertahanan bersama AS. Itu adalah komitmen teguh kami kepada Filipina.”

Marcos mengatakan dia tidak “melihat masa depan Filipina tanpa AS.”

AS memiliki hubungan yang panjang dan kompleks dengan Filipina -- dan keluarga Marcos. Presiden Ferdinand Marcos, Sr., ayah presiden yang kini menjabat, pernah memerintah bekas jajahan AS itu selama dua dekade dengan dukungan Washington, yang melihatnya sebagai sekutu selama Perang Dingin.

Hubungan antara kedua negara memburuk di bawah Duterte. Pada tahun 2016, Duterte menyebut Barack Obama sebagai “anak pelacur” setelah ada peringatan bahwa dia akan ditanyai oleh presiden AS saat itu terkait perang narkoba yang kontroversial.

Washington sekarang berusaha untuk meningkatkan aliansi keamanannya dengan Manila di bawah presiden baru. [lt/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG