Konflik Suriah dan perang melawan kelompok militan ISIS atau yang juga disebut Daesh, menjadi agenda utama dalam pembicaraan antara Wakil Presiden Amerika Joe Biden dan Perdana Menteri Turki Davutoglu.
Pertemuan itu dilakukan menjelang pembicaraan perdamaian Suriah yang akan diadakan pekan depan di Wina. Joe Biden mengemukakan kepada wartawan , bahwa diplomasi bukan satu-satunya pilihan bagi Washington dalam menyelesaikan situasi di Suriah.
"Kita tahu, bahwa lebih baik mengusahakan penyelesaian politik. Tetapi kami siap, kalau hal itu tidak mungkin, untuk menyelesaikannya secara militer dan melenyapkan Daesh," kata Biden.
Turki telah menekan Amerika untuk melakukan intervensi militer dalam konflik itu. Tampaknya kedua pihak telah menemukan lebih banyak persamaan, ketika Biden mengakui sikap Turki terhadap kelompok pemberontak Kurdi PKK dan ISIS sebagai ancaman yang sama.
"Dalam tindakan mereka, Daesh dan PKK serta Al Nusra, sebenarnya tidak berbeda, mereka adalah kelompok teroris,” paparnya.
Turki telah sangat dikecam oleh sekutu-sekutunya karena lebih memfokuskan upaya di bidang militer pada PKK, kelompok yang justru melawan ISIS di negara tetangganya, Irak.
Namun, Joe Biden tidak menyebut milisi Kurdi Suriah atau YPG sebagai organisasi teroris. Perdana Menteri Davutoglu berulang kali menggambarkan YPG sebagai perluasan dari PKK.
Meskipun timbul kecaman yang meluas dari badan-badan hak asasi internasional atas tindakan keras Turki pada PKK, Joe Biden tampaknya memberikan dukungan.
"Saya berharap dan yakin akan melanjutkan usaha mendorong solusi politik. Tapi sementara itu kalian harus melakukan apa yang perlu untuk melindungi rakyat kalian," tambah Biden.
Wakil Presiden Amerika Joe Biden juga tidak mengecam pengiriman tidak sah pasukan militer Turki ke Irak, dan mengatakan yakin Irak dan Turki akan bisa menyelesaikan masalah tersebut. Joe Biden juga memuji peran Turki dalam usaha penyatuan pulau Siprus yang terpecah di Laut Tengah. [sp/ii]