Wakil Presiden Amerika Mike Pence memulai minggu ini dengan perjalanan ke Asia Timur Laut untuk meningkatkan kehadirannya. Untuk itu ia akan melawat ke 10 negara tahun ini, untuk melawan usaha Korea Utara untuk berbaik-baikan dalam Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan.
Amerika tidak ingin “membiarkan rejim Korea Utara membajak Olimpiade dengan propaganda mereka,” ujar seorang pejabat Gedung Putih kepada wartawan hari Senin (5/2) sebelum keberangkatan Pence.
Wakil Presiden Mike Pence, di Tokyo dan Seoul pekan ini akan berusaha mengintensifkan apa yang disebut pemerintah Amerika sebagai kampanye tekanan maksimum terhadap Pyongyang agar tidak lagi melanjutkan ambisi mengembangkan program senjata nuklir dan rudal balistiknya.
Hal ini terjadi ketika berlangsung pertemuan kedua Korea dan adanya laporan ketidaksepakatan antara Amerika dan Korea Selatan tentang bagaimana mendekati Korea Utara.
“Kami telah melihat usaha korea Utara untuk bermanis muka sebelumnya tapi hal itu tidak pernah menuju denuklirisasi,” ujar seorang pejabat Amerika.
Setelah Pence menerima pengarahan tentang sistem pertahanan rudal balistik di pangkalan militer di Alaska, ketika singgah untuk mengisi bahan bakar, ia akan melanjutkan terbang ke Jepang menggunakan Air Force Two.
Di Tokyo, Pence hari Rabu (7/2) akan mendengarkan penjelasan di Departemen Pertahanan dan mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang akan menjadi tuan rumah jamuan bagi Pence. Keduanya juga akan menyampaikan pernyataan kepada pers.
Di Seoul, Pence hari Kamis (8/2) akan melangsungkan pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, yang juga akan menjamunya.
Pejabat-pejabat pemerintahan Trump mengatakan pembicaraan Pence dengan Abe dan Moon akan menjadi substantif, bagian dari usaha Amerika “untuk menjalin kontak sangat erat” dengan sekutu-sekutunya untuk menghadapi Korea Utara.
Presiden Donald Trump berbicara secara terpisah melalui telfon dengan pemimpin-pemimpin Jepang dan Korea Selatan itu hari Jumat lalu, terutama membahas situasi di Korea Utara. Beberapa jam kemudian Trump menerima delapan orang pelarian dari Korea Utara.
Sebagai pemimpin delegasi resmi pemerintah Amerika, Pence hari Kamis akan menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan. Beberapa tokoh lain yang hadir sebagai delegasi resmi adalah istri Pence – Karen, Komandan Pasukan Amerika dan PBB di Semenanjung Korea Jendral Vincent Brooks, dan pendahulunya pensiunan jendral James Thurman, Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR Ed Royce, Kuasa Usaha Sementara Kedutaan Besar Amerika di Seoul Marc Knapper dan pemenang medali emas untuk olahraga ice-skating Olimpiade 2002 Sara Hughes.
Fred Warmbier, ayah Otto Warmbier, mahasiswa Amerika yang dipenjara di Korea Utara dan meninggal tahun lalu tak lama setelah kembali ke Amerika dalam keadaan koma; akan menjadi tamu khusus Pence dalam upacara pembukaan itu.
Kehadiran Warmbier bersama Pence akan “mengingatkan dunia terhadap kekejaman yang terjadi di Korea Utara,” demikian menurut seorang pejabat Gedung Putih.
Delegasi Amerika akan menyaksikan atlet Korea Selatan dan Korea Utara berbaris di bawah bendera yang sama, menunjukkan sebuah Korea yang tidak terpecah.
Kedua Korea juga punya tim hoki perempuan gabungan di Olimpiade.
Kepala pemerintahan seremonial Korea Utara Kim Yong Nam akan memimpin delegasi tingkat tinggi ke acara itu.
Diperkirakan tidak akan ada kontak apapun antara delegasi pemerintah Amerika dan Korea Utara.
“Wakil Presiden jelas tidak mengupayakan adanya pertemuan dengan Korea Utara,” jelas pejabat Gedung Putih.
Korea Utara dan Korea Selatan tidak memiliki hubungan diplomatik dan secara resmi masih dalam kondisi berperang di Semenanjung Korea pasca gencatan senjata tahun 1953 yang mengakhiri perang selama hampir tiga tahun, dimana Amerika memihak Korea Selatan melawan pasukan komunis yang didukung Tiongkok dan Rusia di Korea Utara.
Pemerintahan Trump telah berulangkali bertekad akan menghentikan pengembangan program senjata nuklir dan rudal balistik Korea Utara, dan menggambarkan program itu sebagai ancaman serius terhadap keamanan Amerika.
“Ini menyangkut hal yang sangat penting bagi seluruh dunia dan mempengaruhi stabilitas kawasan dan dunia secara lebih luas, kata pejabat Gedung Putih hari Senin (5/2).
Trump melecehkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sebagai “little rocket man” dan di Twitter ia menyombongkan bahwa “tombol nuklirnya” lebih besar dibanding milik Kim.
Korea Utara telah menanggapi pernyataan itu dengan memberi julukan bagi Trump yaitu “laki-laki tua yang gila.” [em/ii]