Wakil Jaksa Agung Amerika Rod Rosenstein tampil di hadapan Komite Kehakiman DPR hari Rabu (13/12) untuk menanggapi pertanyaan dari para anggota DPR mengenai bias atas penyelidikan yang dilakukan penyelidik khusus Robert Mueller soal apakah tim kampanye Donald Trump berkolusi dengan Rusia pada pemilu presiden 2016.
Pertanyaan tentang integritas penyelidikan yang dilakukan penyelidik khusus itu mengemuka setelah Peter Strzok, seorang agen kontra-intelijen FBI, dipecat dari tim Mueller pada musim panas lalu setelah ditemukan sejumlah pesan SMS antara Strzok dan seorang pengacara lain FBI yang menjadi selingkuhannya, dan tahun ini ditugaskan dalam tim yang menyelidiki keterlibatan Rusia dalam pemilu Amerika.
Sebagian pesan SMS sangat rahasia itu adalah tentang kandidat Partai Republik ketika itu – Donald Trump. Selasa malam (12/12) ratusan pesan SMS di antara kedua pejabat FBI itu diumumkan.
Trump dan sejumlah anggota fraksi Republik menggunakan pesan yang diungkapkan itu untuk menuding FBI telah tercemar secara politik, dan menyatakan bahwa kesimpulan yang dicapai tim Mueller tidak dapat dipercaya.
Rosenstein, yang menunjukk Mueller dan mengawasi kinerja timnya, menghadapi pertanyaan dari sejumlah anggota fraksi Republik tentang obyektivitas Mueller.
Rosenstein tetap membela integritas Mueller.
“Ada banyak laporan media yang berspekulasi tentang apa yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan penasehat khusus ini. Saya tahu apa yang dilakukannya. Saya menjalankan tanggungjawab pengawasan dengan tepat, jadi saya bisa meyakinkan Anda bahwa penasehat khusus itu telah menjalankan tugasnya secara konsisten dengan memahami ruang lingkup penyelidikannya. Jadi saya percaya, berdasarkan reputasinya, pengabdiannya, patriotisme dan pengalamannya dalam departemen ini dan dalam FBI, saya yakin ia adalah pilihan ideal untuk tugas ini,” tandas Rosenstein.
Di antara 375 pesan SMS diantara kedua petugas FBI yang dirilis hari Selasa tampak Trump digambarkan sebagai “manusia yang sangat menjijikkan.” Mereka juga saling tukar pesan tentang komentar-komentar menghina tentang beberapa pejabat Partai Demokrat, termasuk kandidat presiden Bernie Sanders dan mantan jaksa agung Eric Holder.
Keduanya juga membahas keprihatinan tentang apa yang akan terjadi jika Trump atau calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton yang terpilih.
Inspektur jendral di Departemen Kehakiman sedang menyelidiki pesan itu sebagai bagian dari penyelidikan berskala luas tentang bagaimana FBI menangani penyelidikan terhadap server email pribadi Clinton dan hubungan tim kampanye Trump dengan Rusia. [em/al]