Tautan-tautan Akses

Vale Base Metals akan Investasi $10 Miliar di Indonesia


Seorang pekerja mengolah nikel di smelter nikel PT Vale Tbk, dekat Sorowako, Sulawesi, 8 Januari 2014. (Foto: Reuters)
Seorang pekerja mengolah nikel di smelter nikel PT Vale Tbk, dekat Sorowako, Sulawesi, 8 Januari 2014. (Foto: Reuters)

Vale Base Metals, salah satu perusahaan penambangan terbesar di dunia, berkomitmen untuk bernvestasi sebesar $10 miliar di Indonesia selama 10 tahun mendatang guna memenuhi permintaan logam seperti nikel dan tembaga untuk produksi kendaraan listrik, kata kepala eksekutifnya pada hari Kamis (7/9).

Investasi ini merupakan bagian dari rencana perusahaan itu untuk mengalokasikan $25 miliar hingga $30 miliar dalam proyek-proyek baru di Brazil, Kanada, dan Indonesia selama dekade berikutnya.

Keputusan Vale ini akan memperkuat ambisi Indonesia untuk menjadi pusat global bahan baterai untuk kendaraan listrik dan bahkan kendaraan itu sendiri. Indonesia, yang tercatat sebagai perekonomian terbesar di Asia Tenggara, memiliki cadangan bijih nikel dan tembaga serta bauksit untuk aluminium terbesar di dunia.

Melalui anak perusahaan PT Vale Indonesia Tbk, Vale Base Metals sedang mengembangkan dua pabrik pelindian asam bertekanan tinggi (HPAL) bersama Zhejiang Huayou Cobalt Co asal China dan mitra-mitra lainnya.

Pekerja memantau proses peleburan nikel di smelter nikel PT Vale Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan, 30 Maret 2023.. (Foto: Reuters)
Pekerja memantau proses peleburan nikel di smelter nikel PT Vale Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan, 30 Maret 2023.. (Foto: Reuters)

Fasilitas-fasilitas tersebut akan menghasilkan endapan hidroksida campuran (MHP) dari nikel, bahan yang digunakan untuk membuat baterai kendaraan listrik.

Vale juga bermitra dengan Shandong Xinhai Technology Co. Ltd asal China dan sebuah unit dari China Baowu Steel Group Corp. Ltd untuk membangun pabrik feronikel.

Proyek-proyek ini akan meningkatkan kapasitas penyulingan Vale Indonesia dari sekitar 75.000 metrik ton per tahun menjadi mendekati 300.000 ton, kata CEO Vale Base Metals Deshnee Naidoo.

“Jika semua rencana berjalan dengan baik, hal ini akan terjadi dalam lima hingga delapan tahun ke depan. Ini adalah investasi yang serius dan kami berkomitmen,” kata Naidoo dalam wawancara dengan Reuters di sela-sela Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Jakarta.

Dalam proyek Pomalaa milik Vale, perusahaan tersebut menginvestasikan $1 miliar untuk pertambangannya saja dan telah memulai pekerjaan awal untuk fasilitas HPAL. Pabrik HPAL senilai $3,5 miliar akan dikembangkan bersama dengan Huayou, dengan produsen mobil AS Ford Motors mengambil 17% saham dan mengatur pembiayaannya, kata Naidoo.

Vale juga telah memulai pengerjaan proyek HPAL Sorowako yang akan memproduksi 60.000 ton MHP setiap tahunnya.

“Kami sekarang sedang menjajaki kemitraan untuk lebih mendalami hilirisasi proyek-proyek ini,” kata Naido, seraya menambahkan bahwa ia terbuka untuk bermitra dengan produsen mobil untuk proyek-proyek Vale di Indonesia setelah berkolaborasi dengan Ford.

Vale juga melakukan eksplorasi di tambang tembaga di Nusa Tenggara Barat, yang berpotensi memiliki ukuran yang sebanding dengan tambang tembaga Grasberg di Indonesia bagian timur.

Grasberg adalah tambang tembaga terbesar kedua di dunia, yang dioperasikan oleh unit Freeport McMoran.

Keputusan investasi untuk proyek tembaga diperkirakan akan dibuat sekitar tahun 2026. [ab/lt]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG