Berbagai kelompok kejahatan terorganisir di balik apa yang disebut scamdemic di Asia telah membangun basis terpencil di daerah perbatasan Myanmar dengan China. Lokasi-lokasi itu sukar dijangkau polisi dan menjadi tempat di mana para korban perdagangan orang, yang mereka gunakan untuk melakukan penipuan online, tidak punya harapan untuk melarikan diri, kata sebuah laporan PBB hari Selasa (26/9).
Miliaran dolar hasil penipuan telah diraup oleh kelompok-kelompok kejahatan China dan Taiwan yang berbasis di wilayah Mekong serta di Filipina, yang membombardir internet dengan penipuan asmara, pemerasan serta skema piramida investasi.
Meskipun sejumlah penindakan telah dilakukan di Kamboja dan Filipina, geng-geng kejahatan tersebut dapat menyempurnakan penipuan mereka dari kompleks yang mendapat perlindungan kuat dari para pemberontak etnik di Myanmar yang dilanda konflik, kata Kantor PBB untuk Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) dalam laporannya.
Di Myanmar, sebuah basis kejahatan besar telah menjamur di sekitar wilayah Myawaddy, yang dipisahkan oleh sungai kecil dari Mae Sot, kota perbatasan di bagian barat Thailand.
Kompleks kedua berada di sepanjang perbatasan timur Myanmar dengan China, ke arah utara melalui negara bagian Shan, melewati daerah administrasi khusus di negara bagian Wa hingga Kokang, yang berbatasan dengan provinsi Yunan, China.
Milisi-milisi etnis di daerah itu memiliki riwayat panjang melakukan perdagangan narkoba, satwa langka dan orang, yang jauh dari jangkauan pemerintah militer Myanmar yang sedang memerangi pemberontakan meluas oleh para aktivis prodemokrasi.
Myanmar adalah “kediaman unik bagi kelompok-kelompok bersenjata nonpemerintah yang menguasai daerah-daerah perbatasan penting dan memiliki riwayat bekerja sama dengan sindikat kejahatan terorganisir,” kata laporan UNODC.
“Kelompok-kelompok bersenjata nonpemerintah ini mengoperasikan banyak kasino di berbagai teritori dan daerah khusus yang otonom, dan di kota-kota perbatasan seperti Tachileik yang berdekatan dengan Thailand,” kata laporan itu.
Laporan UNODC memperkirakan sedikitnya 20 kasino yang dioperasikan, meskipun mustahil untuk memverifikasi jumlah sesungguhnya.
Semua pusat penipuan itu diyakini para pengamat internasional telah menyedot puluhan ribu orang dari Asia dan sekitarnya untuk menjalankan penipuan siber mereka.
Banyak di antara mereka adalah orang-orang muda berpendidikan yang mengunjungi kompleks penipuan di Myanmar karena percaya mereka telah direkrut secara legal untuk berbagai pekerjaan dengan bayaran tinggi dalam bidang teknologi atau penjualan melalui internet. Begitu mereka menyadari situasinya, kebanyakan harus membayar tebusan agar bisa meninggalkan tempat itu. Tebusan tersebut kadang-kadang dibayar oleh keluarga, kedutaan besar negara mereka atau LSM.
Yang lainnya, kata UNODC, tahu bahwa mereka akan ditipu sebelum meninggalkan negara asal mereka, kadang-kadang meyakinkan teman dan kerabat mereka untuk bergabung dengan mendapat bayaran dari para pemimpin kompleks penipuan.
Pemerintah Myanmar tidak dapat dihubungi untuk berkomentar. Namun, China dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya telah sepakat untuk bekerja sama mengatasi krisis penipuan tersebut. [uh/lt]
Forum