Dalam pertemuan darurat di Brussels, Uni Eropa telah berjanji menaikkan tiga kali lipat dana patroli migran di Timur Tengah dan bertekad menindak keras penyelundupan manusia.
Para pemimpin Eropa menyepakati empat langkah untuk mengatasi krisis arus migran di Laut Tengah. Termasuk diantaranya adalah menangkap dan menghancurkan kapal penyelundup serta menambah dana untuk misi SAR atau Triton di kawasan itu.
Dalam jumpa pers hari Kamis, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan Eropa bukan penyebab krisis itu di mana ratusan migran gelap telah tewas tahun ini saja ketika menyeberangi perairan itu.
“Tapi bukan berarti kita diam saja. Kita menghadapi musim panas yang akan sulit dan kita harus siap bertindak,” ujar Tusk.
Tusk mengatakan para pemimpin Uni Eropa juga sepakat menekan migrasi ilegal, melindungi pengungsi dan mendorong relokasi migran secara sukarela dari negara-negara di baris depan seperti Italia ke negara-negara Uni Eropa lain.
Uni Eropa telah dikecam keras karena tidak melakukan cukup banyak untuk mengatasi krisis migrasi ini. Bahkan sebelum pertemuan itu rampung, organisasi HAM Amnesty International menyebut langkah-langkah Uni Eropa itu “sangat tidak memadai.”
Bahkan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker kecewa dengan hasil pertemuan itu.
Juncker mengatakan sempat berharap kebijakan Uni Eropa akan lebih ambisius. Namun ia optimistis akan ada ruang untuk perbaikan dalam minggu-minggu mendatang.
Pertemuan itu dilangsungkan setelah ratusan orang tenggelam akibat kapal yang tenggelam akhir minggu lalu di Laut Tengah.
Puluhan ribu migran menyeberangi laut setiap tahun dari Timur Tengah dan Afrika Utara ke Eropa akibat kemiskinan dan perang di tempat asal mereka. Mereka membayar untuk bisa naik kapal penyelundup yang reyot dan sering berlebih muatan.
PBB dan kalangan analis sebelumnya meminta Uni Eropa agar juga membahas isu kemiskinan dan konflik itu sehingga pendekatan terhadap krisis migran ini tidak “minimalis.”