Tautan-tautan Akses

Ukraina Kehabisan Prajurit dan Amunisi, Rusia di Atas Angin


Foto seorang prajurit Ukraina di pemakaman di Kharkiv, Ukraina, Jumat, 24 Februari 2023. (Foto: AP/Vadim Ghirda)
Foto seorang prajurit Ukraina di pemakaman di Kharkiv, Ukraina, Jumat, 24 Februari 2023. (Foto: AP/Vadim Ghirda)

Ukraina harus menelan pil pahit saat perang memasuki tahun ketiga di mana kini infanteri Brigade ke-59 negara tersebut harus menghadapi kenyataan suram: mereka kehabisan prajurit dan amunisi untuk melawan penjajah Rusia.

Seorang komandan peleton yang diidentifikasi dengan tanda panggilnya sebagai "Tygr" memperkirakan bahwa hanya 60-70 persen persen dari beberapa ribu orang di brigade pada awal konflik yang masih bertugas. Sisanya telah terbunuh, terluka atau dikeluarkan karena alasan seperti usia tua atau sakit.

Banyaknya korban jiwa akibat serangan pasukan Rusia itu diperparah dengan kondisi yang mengerikan di garis depan sisi timur. Perubahan cuaca di wilayah tersebut menjadi tidak menentu. Tanah yang semula beku berubah menjadi lumpur tebal saat suhu menjadi hangat di luar musim, mengakibatkan dampak yang buruk pada kesehatan para tentara.

“Cuacanya hujan, salju, hujan, salju. Akibatnya, orang-orang terserang flu atau angina. Mereka tidak bisa bertugas selama beberapa waktu, dan tidak ada orang yang menggantikan mereka,” kata seorang komandan kompi di brigade tersebut dengan panggilan "Limuzyn." “Masalah yang paling mendesak di setiap unit adalah kekurangan orang.”

Anak-anak melihat lokasi serangan roket terbaru Rusia yang merusak gedung apartemen bertingkat di Kryvyi Rih, Ukraina, Selasa, 13 Juni 2023. (Foto: AP)
Anak-anak melihat lokasi serangan roket terbaru Rusia yang merusak gedung apartemen bertingkat di Kryvyi Rih, Ukraina, Selasa, 13 Juni 2023. (Foto: AP)

Menjelang ulang tahun kedua invasi pada 24 Februari, Rusia di bawah Vladimir Putin sedang naik daun dalam perang yang menggabungkan pertempuran parit yang mengingatkan pada Perang Dunia Pertama, dengan perang drone berbasis teknologi tinggi yang mengirimkan puluhan ribu pesawat nirawak ke langit.

Moskow menorehkan sedikit kemajuan dalam beberapa bulan terakhir dan mengklaim kemenangan besar pada akhir pekan ketika berhasil mengambil alih Avdiivka di wilayah timur Donetsk yang diperebutkan. Seorang juru bicara Brigade Serangan Terpisah ke-3, salah satu unit yang mencoba mempertahankan kota itu, mengatakan pasukan dikepung dengan perbandingan tujuh banding satu.

Reuters berbicara dengan lebih dari 20 tentara dan komandan unit infanteri, drone, dan artileri di berbagai bagian garis depan sepanjang 1.000 km di Ukraina timur dan selatan.

Walaupun tetap memiliki semangat untuk melawan pendudukan Rusia, mereka menyatakan kesulitan dalam menahan musuh yang lebih banyak dengan persenjataan yang lebih mumpuni. Apalagi bantuan militer dari Barat yang melambat, meskipun adanya tekanan lebih lanjut dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Seorang komandan lain di Brigade ke-59, yang hanya mengenalkan dirinya dengan nama depannya Hryhoriy, menjelaskan serangan yang tidak kenal lelah dari kelompok yang terdiri dari lima hingga tujuh tentara Rusia yang terus maju hingga 10 kali sehari dalam apa yang dia sebut sebagai "serangan yang mempertaruhkan nyawa" - yang meskipun sangat merugikan Rusia, juga merupakan ancaman besar bagi pasukannya.

“Ketika satu atau dua posisi bertahan melawan serangan-serangan ini sepanjang hari, para prajurit menjadi lelah,” kata Hryhoriy ketika ia dan pasukannya yang kelelahan diberi rotasi singkat dari garis depan dekat kota Donetsk di bagian timur yang diduduki Rusia.

"Senjata rusak, dan jika tidak ada kemungkinan untuk membawa lebih banyak amunisi atau mengganti senjata para prajurit, maka Anda bisa menebak apa yang akan terjadi."

Kementerian Pertahanan Rusia tidak menanggapi permintaan komentar mengenai keadaan pasukan di garis depan.

Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Ivan Havryliuk mengatakan kepada Reuters bahwa Ukraina terpaksa bersikap defensif karena kurangnya amunisi artileri dan roket. Kyiv memperkirakan Rusia akan mengintensifkan serangannya di beberapa garis depan.

Asap mengepul di atas gedung-gedung selama konflik Rusia-Ukraina di Donetsk, Ukraina yang dikuasai Rusia, 19 Februari 2024. (Foto: REUTERS/Alexander Ermochenko)
Asap mengepul di atas gedung-gedung selama konflik Rusia-Ukraina di Donetsk, Ukraina yang dikuasai Rusia, 19 Februari 2024. (Foto: REUTERS/Alexander Ermochenko)

“Jika bantuan militer yang diperlukan terus ditunda, situasi di garis depan bisa menjadi lebih sulit bagi kami,” katanya dalam tanggapan tertulis.

Dicari: Tentara dan Amunisi

Kyiv sangat bergantung pada bantuan dana dan pasokan peralatan dari negara lain untuk melawan Rusia. Dengan bantuan AS sebesar $61 miliar yang terhambat oleh konflik politik di Washington, Ukraina terlihat lebih rentan sejak dimulainya invasi.

Seorang prajurit di unit artileri roket GRAD, yang dikenal dengan nama panggilan "Skorpion", menyatakan bahwa peluncurnya saat ini hanya beroperasi pada sekitar 30 persen kapasitas maksimumnya. Peluncur tersebut menggunakan amunisi desain Soviet yang hanya dimiliki oleh beberapa sekutu Ukraina,

“Situasinya seperti ini baru terjadi,” katanya. “Jumlah amunisi asing kini terbatas.”

Pasokan peluru artileri juga terbatas karena negara-negara Barat kesulitan mengimbangi kecepatan pengiriman untuk perang yang berkepanjangan. Selain jeda pasokan dari AS, Uni Eropa juga mengakui bahwa mereka akan gagal mencapai target pasokan satu juta peluru ke Ukraina pada Maret, hampir setengahnya tidak terpenuhi.

Michael Kofman, seorang rekan senior dan spesialis militer Rusia di Carnegie Endowment for International Peace, sebuah lembaga kajian yang berbasis di Washington, memperkirakan bahwa artileri Rusia menembak lima kali lebih cepat daripada artileri Ukraina, angka yang serupa dengan diucapkan Hryhoriy dari Brigade ke-59.

“Ukraina tidak mendapatkan jumlah amunisi artileri yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pertahanan minimumnya, dan ini bukanlah situasi yang bagus untuk ke depannya,” tambah Kofman.

Moskow kini menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina termasuk semenanjung Krimea yang dicaploknya pada 2014, meskipun garis depan perang sebagian besar mengalami stagnasi dalam 14 bulan terakhir.

Para pejabat Ukraina mengatakan angkatan bersenjata mereka berjumlah sekitar 800.000 prajurit, sementara pada Desember Putin memerintahkan pasukan Rusia ditingkatkan sebanyak 170.000 tentara menjadi 1,3 juta. [ah/rs]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG