Diplomat tertinggi Jerman, Senin (4/11) tiba di ibu kota Ukraina, Kyiv, dalam sebuah kunjungan mendadak, yang tampaknya menunjukkan dukungan Eropa terhadap Ukraina menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat. Pemilu tersebut dapat membawa perubahan besar dalam kebijakan Washington terhadap invasi berskala penuh Rusia ke negara tetangganya itu.
Jerman adalah pemasok senjata terbesar kedua bagi Ukraina setelah Amerika Serikat, dan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock berjanji bahwa Berlin akan tetap mendukung Ukraina.
“Bersama banyak mitra di seluruh dunia, Jerman berdiri teguh di sisi Ukraina,” katanya, seperti dilaporkan kantor berita Jerman, dpa. “Kami akan mendukung Ukraina selama mereka membutuhkan kami, sehingga mereka dapat melanjutkan perjalanan menuju perdamaian yang adil.”
Ukraina kini berada pada titik kritis dalam perang itu, di mana tentara Rusia lebih unggul di medan perang dan mereka akan menghadapi musim dingin yang berat, setelah Rusia tanpa henti menggempur jaringan listrik Ukraina.
Sementara pasukannya berada di bawah tekanan berat Rusia di wilayah Donetsk timur, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada Senin (11/4) bahwa pengiriman bantuan militer dari Barat telah dipercepat, termasuk artileri.
Perang atrisi (perang untuk melemahkan lawan dengan mengurangi sumber daya) di Ukraina membutuhkan amunisi dalam jumlah besar, dan para pejabat Ukraina telah lama mengeluhkan bahwa dukungan Barat terlalu lama tiba.
Menjelang pilpres Amerika Serikat, Zelenskyy berusaha mengamankan dukungan dari Barat Ukraina agar dapat mencapai “rencana kemenangan” jangka panjangnya, termasuk undangan resmi bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan izin menggunakan rudal jarak jauh Barat untuk menyerang target-target militer di Rusia. Namun, tanggapan Barat mengecewakan para pejabat Kyiv.
Rusia memanfaatkan jumlah pasukannya yang lebih banyak untuk menekan posisi Ukraina di sepanjang garis depan. Komandan tertinggi Ukraina, Jenderal Oleksandr Syrskyi, pada Sabtu (2/11) mengatakan pasukannya sedang berjuang untuk menghalau “salah satu serangan terbesar (Rusia)” dalam perang ini.
Rusia kini meningkatkan serangannya melalui kekuatan sekitar 10.000 tentara tempur Korea Utara yang dikirim oleh Pyongyang di bawah perjanjian dengan Moskow, menurut sumber-sumber intelijen Barat.
Hal itu menambah kekecewaan Zelenskyy terhadap bantuan Barat. Pada hari Sabtu, ia mendesak para sekutu untuk berhenti “menonton” dan mengambil langkah sebelum pasukan Korea Utara mencapai medan perang.
Zelenskyy menambahkan, Kyiv mengetahui di kamp-kamp Rusia mana pasukan Korea Utara dilatih. Namun, Ukraina tidak dapat menyerang mereka tanpa izin dari sekutu untuk menggunakan senjata jarak jauh buatan Barat, agar mereka bisa menghantam target yang berada jauh di dalam wilayah Rusia.
Baerbock tiba di Kyiv beberapa jam setelah puing-puing pesawat nirawak (drone) yang berhasil dicegat pertahanan udara Ukraina jatuh di dua distrik di kota itu dan memicu kebakaran kecil, kata para pejabat setempat. Tidak ada korban luka atau properti yang rusak, menurut kepala pemerintahan kota Kyiv, Serhii Popko.
Sebuah serangan bom luncur Rusia, Minggu malam (3/11) melukai 15 orang di Kharkiv, kota terbesar kedua di timur laut Ukraina, ungkap polisi setempat. Angkatan udara Ukraina mengatakan Rusia menembakkan sekitar 80 drone Shahed ke kota-kota di Ukraina pada malam itu. [br/ab]
Forum