Namun, sementara sementara ISIS tampaknya berkemas menghadapi serangan Turki, para pengamat menganggap “zona aman” itu tidak kurang berbahayanya dari zona perang.
Para pengamat mengatakan, ikutnya Turki dalam pertempuran melawan ISIS bulan lalu, bisa mengubah apa yang selama ini umumnya dianggap sebagai perang yang tidak bisa dimenangkan.
Direktur Pertahanan dan Keamanan di Pusat Penelitian Teluk di Dubai, Mustafa Alani mengatakan bahwa rencana baru membangun suatu "zona aman" dapat menimbulkan akibat pantulan, yaitu membuat daerah itu lebih berbahaya daripada sekarang.
Memperumit konflik, katanya, tidak akan menghalau ISIS, yang menguasai sebagian besar kota besar dan kecil di daerah itu, apalagi kalau serangan itu sepenuhnya datang dari udara.
Dalam sebuah video, penduduk di satu kota Turki dekat kota Jarablus yang dikuasai ISIS mengatakan, ISIS sedang bersiap-siap memperkuat kota-kota di Suriah dan mengancam akan melancarkan serangan lintas batas ke dalam wilayah Turki.
Tetapi analis politik, Labib Kamhawi mengatakan, mungkin ISIS tidak perlu repot. Turki telah berperang melawan pejuang Kurdi selama puluhan tahun, katanya, dan perang melawan ISIS dapat dijadikan alasan untuk menghalau pejuang Kurdi dari daerah perbatasan.
Meskipun Turki dapat mengusir ISIS keluar dari Suriah Utara, katanya, itu hanya kerugian kecil bagi kelompok militan itu. Dengan afiliasi di beberapa negara, tambahnya, ISIS lebih merupakan konsep daripada organisasi. Militan apapun di manapun, katanya, dapat bertempur atas nama yang disebut Negara Islam atau ISIS.