Seorang pejabat Amerika di Suriah Jumat (25/11) menyerukan "deeskalasi langsung" setelah serangan udara yang mematikan selama berhari-hari dan penembakan di perbatasan Suriah-Turki. Ia menilai serangan itu telah mengacaukan wilayah dan merusak perjuangan melawan kelompok ISIS.
Turki pekan ini meluncurkan gelombang serangan udara terhadap dugaan pemberontak Kurdi yang bersembunyi di negara tetangga Suriah dan Irak, sebagai pembalasan atas serangan bom 13 November di Istanbul, yang dituduh Turki dilakukan kelompok-kelompok Kurdi. Mereka membantah terlibat serangan dan mengatakan serangan Turki telah membunuh warga sipil dan mengancam pertarungan melawan ISIS.
Organisasi oposisi pemantau perang yang berbasis di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights, mengatakan bahwa 67 warga sipil, orang-orang bersenjata dan tentara, terbunuh dalam serangan Turki di Suriah utara sejak serangan udara dimulai.
Nikolas Granger, perwakilan senior Amerika untuk Suriah timur laut, mengatakan Amerika "sangat menentang tindakan militer yang semakin mengganggu kehidupan masyarakat dan keluarga di Suriah dan kami menginginkan de-eskalasi segera." Perkembangannya "sangat berbahaya dan kami sangat prihatin," kata Granger, yang berada di Suriah. Serangan, katanya, juga membahayakan personel militer Amerika di sana.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam invasi wilayah baru di Suriah utara untuk menarget kelompok-kelompok Kurdi. Pada Jumat, ia mengatakan, Turki akan melanjutkan "perjuangan melawan semua jenis teror di dalam dan di luar perbatasan kami." [ka/pp]
Forum