ISTANBUL —
Pada pertemuan kelima Forum Kerjasama Turki-Arab di Istanbul, para menteri luar negeri, dalam deklarasi bersama, memuji hasil pemungutan suara PBB yang memberikan negara Palestina status pengamat non-anggota. Sekretaris Jenderal Liga Arab, Nabil Elaraby, mengatakan, hasil pemungutan suara itu merupakan langkah pertama yang penting.
Ia mengatakan, peristiwa bersejarah telah terjadi, dan sekarang yang penting adalah peristiwa ini menjadi jalan menuju pembentukan negara.
Forum itu juga mengecam Israel karena keputusannya untuk membangun ribuan rumah baru di Yerusalem timur yang dipersengketakan, setelah pemungutan suara PBB itu, yang ditentang Israel dan Amerika. Kutukan terkeras dilancarkan Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu pada akhir konferensi pers.
Ia mengatakan, Israel berusaha memperkuat pendudukannya, tetapi Israel harus tahu bahwa berapa pun banyaknya pembangunan permukiman dilakukan, Jalur Gaza dan Tepi Barat akan selalu tetap milik Palestina, negara Palestina akan diakui dan Jerusalem timur akan menjadi ibu kotanya.
Dalam forum sehari itu, Davutoglu juga mengatakan, sudah saatnya menanggapi tegas kebijakan-kebijakan Israel. Kecaman keras itu, menurut para pengamat, akan sangat mungkin mengecewakan Amerika dan Israel. Sebelumnya, harapan meningkat bahwa Turki dan Israel akan mulai mengambil langkah untuk memperbaiki hubungan, setelah pertemuan diplomat-diplomat tingkat tinggi bulan lalu. Hubungan diplomatik antara Turki dan Israel tetap beku setelah pembunuhan sembilan orang aktivis Turki tahun 2010 oleh pasukan Israel.
Dalam pertemuan Istanbul itu, para menteri luar negeri Turki dan Arab juga membahas krisis yang masih berlangsung di Suriah. Menteri Luar Negeri Lebanon Adnan Mansour berbicara mengenai meningkatnya risiko konflik itu meluas ke kawasan.
Ia mengatakan, kami melihat uang dan senjata dari luar negeri masuk ke Suriah, mempersulit situasinya. Jika tangan-tangan asing terlibat akan lebih sulit menghentikannya.
Sekretaris Jenderal Liga Arab menyuarakan dukungan kuat bagi upaya utusan liga itu, Lakhdar Brahimi, untuk mengakhiri konflik itu. Namun Menteri Luar Negeri Turki Davutoglu memperingatkan mengenai bahayanya Suriah menggunakan upaya seperti itu untuk mengulur waktu bagi pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Ia mengatakan, peristiwa bersejarah telah terjadi, dan sekarang yang penting adalah peristiwa ini menjadi jalan menuju pembentukan negara.
Forum itu juga mengecam Israel karena keputusannya untuk membangun ribuan rumah baru di Yerusalem timur yang dipersengketakan, setelah pemungutan suara PBB itu, yang ditentang Israel dan Amerika. Kutukan terkeras dilancarkan Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu pada akhir konferensi pers.
Ia mengatakan, Israel berusaha memperkuat pendudukannya, tetapi Israel harus tahu bahwa berapa pun banyaknya pembangunan permukiman dilakukan, Jalur Gaza dan Tepi Barat akan selalu tetap milik Palestina, negara Palestina akan diakui dan Jerusalem timur akan menjadi ibu kotanya.
Dalam forum sehari itu, Davutoglu juga mengatakan, sudah saatnya menanggapi tegas kebijakan-kebijakan Israel. Kecaman keras itu, menurut para pengamat, akan sangat mungkin mengecewakan Amerika dan Israel. Sebelumnya, harapan meningkat bahwa Turki dan Israel akan mulai mengambil langkah untuk memperbaiki hubungan, setelah pertemuan diplomat-diplomat tingkat tinggi bulan lalu. Hubungan diplomatik antara Turki dan Israel tetap beku setelah pembunuhan sembilan orang aktivis Turki tahun 2010 oleh pasukan Israel.
Dalam pertemuan Istanbul itu, para menteri luar negeri Turki dan Arab juga membahas krisis yang masih berlangsung di Suriah. Menteri Luar Negeri Lebanon Adnan Mansour berbicara mengenai meningkatnya risiko konflik itu meluas ke kawasan.
Ia mengatakan, kami melihat uang dan senjata dari luar negeri masuk ke Suriah, mempersulit situasinya. Jika tangan-tangan asing terlibat akan lebih sulit menghentikannya.
Sekretaris Jenderal Liga Arab menyuarakan dukungan kuat bagi upaya utusan liga itu, Lakhdar Brahimi, untuk mengakhiri konflik itu. Namun Menteri Luar Negeri Turki Davutoglu memperingatkan mengenai bahayanya Suriah menggunakan upaya seperti itu untuk mengulur waktu bagi pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.