Tautan-tautan Akses

Tujuh Puluh Pelari akan Ambil Bagian di Jelajah Timur Untuk Air Bersih NTT


Para peserta "Jelajah Timur, Run For Equality" berlari sambil menikmati pemandangan yang indah di Rute, September 2023. (IG/@Jel.tim)
Para peserta "Jelajah Timur, Run For Equality" berlari sambil menikmati pemandangan yang indah di Rute, September 2023. (IG/@Jel.tim)

Acara tahunan “Jelajah Timur Run for Equality” kembali dilangsungkan, dan kali ini Nusa Tenggara Timur yang menjadi lokasinya. Diharapkan acara ini akan membangun kesadaran dan sekaligus mengumpulkan sumbangan untuk memperbanyak sarana air bersih di provinsi ini. 

Tujuh puluh pelari akan ambil bagian dalam “Jelajah Timur Run for Equality” yang diselenggarakan oleh organisasi Plan Indonesia di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 26 hingga 29 Oktober. Mereka akan berlari di dua etape, yaitu 55 kilometer dan 108 kilometer, dari kota Soe di Kabupaten Timor Tengah Selatan menuju Kupang.

ILUSTRASI - Gambaran Anak Normal dan Anak Stunting, Foto cropping dari Buku 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting) VOLUME 3 oleh TNP2K. (Foto: VOA/Yoanes Litha)
ILUSTRASI - Gambaran Anak Normal dan Anak Stunting, Foto cropping dari Buku 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting) VOLUME 3 oleh TNP2K. (Foto: VOA/Yoanes Litha)

Direktur Eksekutif Plan Indonesia, Dini Widyastuti mengatakan kegiatan yang memiliki konsep charity ultramarathon itu bertujuan untuk menggalang donasi untuk pembangunan sarana air bersih dan mencegah stunting di Nusa Tenggara Timur.

“Salah satu masalah yang kita lihat di NTT adalah stunting, jadi stunting prevention dan menurut data memang air bersih menjadi masalah. Masih menjadi masalah di mungkin hampir 50 persen dari daerah di mana kami bekerja,” jelas Dini dalam briefing mingguan Kemenparekraf, Senin (23/10).

Kegiatan Jelajah Timur ini telah digelar sejak tahun 2019, dan hasil penggalangan dana langsung dipergunakan untuk membangun sarana air bersih di 12 desa di Nusa Tenggara Timur.

Semangat Pelari Bantu Penyediaan Sarana Air Bersih

Adita Irawati, salah seorang peserta dalam kegiatan itu mengatakan sangat bersemangat untuk ikut serta, terlebih setelah ia diajak melihat kondisi desa-desa di mana akan dibangun sarana air bersih dari hasil kegiatan ini.

“Bahwa ternyata memang mereka butuh dibantu dan memang betul-betul susah. Kita pernah diajak sampai ke sumber airnya itu turun ke jurang ya, itu benar-benar susah, sulit membayangkan masyarakat sehari-hari harus cari air sesusah itu,” cerita Adita yang akan berlari untuk kategori full course sejauh 108 kilometer.

Founder dan Managing Director Virtuatlon Indonesia, Ramli Alrashid, mengatakan pihaknya ikut mengajak seluruh komunitas lari dan non-pelari di seluruh Indonesia untuk ikut berpartisipasi di Jelajah Timur Indonesia melalui virtual dan hybrid di daerah masing-masing, sambil mengumpulkan donasi.

“Jadi kami untuk saat ini sudah bekerja sama dengan hampir seluruh komunitas lari yang ada di Sabang sampai Merauke, mulai dari Aceh sampai ke Sorong dan Manokwari, dan nanti akan bergerak bersama-sama di tanggal yang sama, di jam yang sama, walaupun ada nanti perbedaan jam di Indonesia Timur dan Indonesia Tengah untuk sama-sama bergerak di campaign yang sama yaitu 'Run for Equality Jelajah Timur',” kata Ramli yang akan turut berlari untuk kategori half course sejauh 55 kilometer.

Target Penyediaan Sarana Air Bersih di Tiga Desa

Dalam publikasinya di Kitabisa.com, pada tahun 2023 ini ada tiga desa yang diharapkan dapat dibantu untuk memiliki sarana air bersih yaitu Desa Enonapi, Desa Tunis dan Desa Besnam yang berada di Soe, Kabupaten Timur Tengah Selatan.

ILUSTRASI - Anak-anak mengisi jerigen di sumber air di Desa Sanleo, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, 10 Oktober 2015. (Foto: Prasetyo Utomo/Antara via Reuters)
ILUSTRASI - Anak-anak mengisi jerigen di sumber air di Desa Sanleo, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, 10 Oktober 2015. (Foto: Prasetyo Utomo/Antara via Reuters)

Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki iklim kering dan kontur tanah yang sebagian besar tandus, berbatu dan berkapur sehingga membuat sumber mata air semakin langkah. Tidak adanya sarana untuk mengakses air bersih memaksa warga terutama anak-anak untuk setiap hari menampung air dari sumber yang letaknya dapat puluhan kilometer dari rumah mereka. Atau membeli air jika musim kemarau tiba.

Kondisi ini membuat daya beli masyarakat menjadi sangat rendah. Sementara aspek kehidupan lain, seperti pemenuhan gizi, kesehatan, kebersihan diri dan pendidikan menjadi tak terjangkau.

Tujuh Puluh Pelari akan Ambil Bagian di Jelajah Timur Untuk Air Bersih NTT
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:02 0:00

Berdasarkan riset Kementerian Kesehatan RI, 60 persen kasus stunting disebabkan oleh ketidaktersediaan air bersih dan sanitasi, yang sejalan dengan fakta di lapangan di mana angka kasus stunting mencapai 35,5 persen, atau yang tertinggi se-Indonesia. Padahal angka toleransi Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk kasus stunting adalah 20 persen. Data juga menunjukkan 35 dari 100 anak di daerah itu menderita stunting. [yl/em]

Forum

XS
SM
MD
LG