Tautan-tautan Akses

Trump Tetap Belum Berkomitmen bagi Pengawasan Senjata Api 


Presiden AS Donald Trump saat berpidato di kantor FEMA di Washington, D.C., 1 September 2019.
Presiden AS Donald Trump saat berpidato di kantor FEMA di Washington, D.C., 1 September 2019.

Presiden Amerika Donald Trump memuji aparat penegak hukum di kawasan Texas Barat. Hari Sabtu, tujuh orang tewas di sana sewaktu seorang lelaki bersenjata melepaskan tembakan terhadap orang-orang setelah ia kabur dari perintah berhenti oleh polisi.

Trump pada hari Minggu (1/9) menyebut penembakan tersebut sebagai “situasi yang amat menyedihkan.” Tetapi ketika ditanya legislasi apa yang akan dihasilkan dari penembakan tersebut, ia tidak memberi jawaban tegas. Meskipun jumlah korban penembakan massal terus bertambah di Amerika Serikat, banyak politisi enggan menyerukan undang-undang pengawasan senjata yang lebih keras karena khawatir kehilangan suara dari para pendukung hak-hak kepemilikan senjata api dan sumbangan untuk kampanye mereka dari para pelobi senjata.

Trump Tetap Belum Berkomitmen bagi Pengawasan Senjata Api
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:05 0:00

Polisi mengatakan tersangka pelaku penembakan membajak sebuah mobil pengantar surat milik Dinas Pos dan mengemudikannya ke kawasan antara Odessa dan Midland di Texas Barat sambil menembaki orang-orang secara acak. Polisi akhirnya menangkap pelaku di tempat parkir di mana mereka kemudian menembaknya hingga tewas.

Presiden Trump pada hari Minggu memuji aparat penegak hukum atas apa yang ia sebut “pekerjaan luar biasa dalam situasi seperti itu.”

Tetapi ketika ditanya apakah penembakan terbaru itu akan mengarah pada suatu legislasi pengawasan senjata api, ia tetap tidak berkomitmen.

Presiden Trump mengemukakan, “Kami sedang meninjau berbagai macam legislasi, gagasan, konsep --- ini telah berlangsung cukup lama -- mengenai pemeriksaan latar belakang. Saya ingin katakan bahwa sebagian besar, sayangnya, jika kita lihat pada empat atau lima, mundur bahkan lima atau enam atau tujuh tahun ke belakang, untuk sebagian besar, sekuat apapun kita melakukan pemeriksaan latar belakang, itu tidak menghentikan penembakan. Jadi ini adalah masalah besar. Ini masalah mental, masalah besar.”

Senator Pat Toomey, anggota partai Republik dari Pennsylvania, mengatakan dalam wawancara dengan stasiun televisi ABC yang ditayangkan hari Minggu bahwa presiden tertarik untuk melakukan sesuatu yang berarti.

Senator Toomey mengatakan, “Ia belum mendukung suatu legislasi tertentu. Saya pikir ini akan terlalu cepat. Tetapi ia dan saya melakukan pembicaraan yang masih terus berlangsung mengenai hal ini. Saya tahu para senator lainnya yang tertarik berpartisipasi dalam pembicaraan itu. Dan staf kami, termasuk staf Gedung Putih, sangat serius mengupayakan ini.”

Toomey telah mensponsori legislasi mengenai pemeriksaan latar belakang yang akan mencakup pembelian senjata api lewat internet dan pada pameran senjata api. Tetapi ia mengakui bahwa ia tidak dapat menjamin hasilnya.

Senator Toomey melanjutkan, “Saya tidak tahu bagaimana akhirnya. Tetapi presiden sangat tertarik. Saya masih tetap tertarik pada langkah-langkah yang akan membuat lebih sulit mereka yang seharusnya tidak boleh memiliki senjata untuk mendapatkan senjata. Dan, Anda tahu, kita akan mengambil langkah yang sangat serius mengenai hal ini.”

Banyak orang Amerika yang mengatakan pemeriksaan latar belakang tidak cukup untuk menghentikan pembunuhan karena sebagian pelaku penembakan massal telah memiliki senjata mereka secara legal. Tetapi larangan terhadap senapan serbu dan magasin berkapasitas tinggi, yang diinginkan oleh sebagian orang, menghadapi tentangan keras dari para pendukung hak-hak kepemilikan senjata api dan wakil-wakil mereka di Kongres.

Sedikitnya 330 orang telah tewas dalam penembakan massal di Amerika sejak Januari lalu, 50 di antaranya terjadi dalam sebulan ini. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG