Isu Iklim
Trump Tarik Amerika dari Perjanjian Iklim Paris, Pemimpin Eropa Bersikeras Pertahankan
Beberapa instruksi presiden telah dibatalkan Presiden Donald Trump, terutama menarik AS dari Perjanjian Iklim Paris, menjadi pembicaraan dalam acara tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos. Para pemimpin Eropa bersikeras akan bersatu dan mempertahankan perjanjian itu, serta mengirim pesan ke Amerika.
Tak lama setelah menjabat sebagai presiden ke-47 Amerika Serikat, Presiden Donald Trump mulai menghapus sebagian warisan Presiden Joe Biden; mulai dari memberi pengampunan pada hampir semua pendukungnya yang melakukan kerusuhan di Capitol Hill pada 6 Januari 2021, dan mengeluarkan serangkaian instruksi presiden yang mengisyaratkan keinginannya merombak badan-badan di AS.
Trump menandatangani inpres untuk meningkatkan keamanan di perbatasan, menetapkan kartel narkoba sebagai organisasi teroris asing, membatasi pemberian kewarganegaraan bagi anak-anak yang lahir di AS, membekukan beberapa peraturan baru, dan membentuk gugus tugas untuk efisiensi pemerintah federal.
Trump juga menandatangani inpres yang mengarahkan Amerika untuk kembali menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris yang penting. Langkah ini menjadi pukulan terhadap upaya dunia untuk memerangi pemanasan global, dan sekali lagi menjauhkan AS dari sekutu-sekutu terdekatnya.
Sewaktu menandatangi inpres itu di hadapan sekitar 2.500 orang yang memadati Capital One Arena di Washington DC, Trump mengatakan “dengan keluar dari Perjanjian Iklim Paris, Amerika dapat menghemat lebih dari satu triliun dolar.”
Will Scharf, Staf Gedung Putih yang mendampinginya juga memperkuat pernyataannya “dengan keluar dari perjanjian itu, Amerika dapat menghemat lebih dari satu triliun dolar.”
Uni Eropa Tegaskan Tetap Teguh pada Perjanjian Iklim Paris
Kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen menegaskan blok 27 negara itu akan tetap berpegang teguh pada Perjanjian Iklim Paris meskipun Trump memutuskan untuk menarik Amerika dari perjanjian itu.
“Perjanjian Paris terus menjadi harapan terbaik bagi seluruh umat manusia. Eropa akan tetap berada di jalur yang benar, dan terus bekerja sama dengan semua negara yang ingin melindungi alam dan menghentikan pemanasan global. Demikian juga, semua benua harus memahami peluang AI dan mengelola risikonya. Dalam tantangan seperti ini, kita tidak berpacu dengan satu sama lain, tetapi kita berpacu dengan waktu. Bahkan di tengah persaingan yang ketat, kita harus bersatu.”
Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengatakan blok itu harus “tetap berpegang teguh pada tujuan” Kesepakatan Hijau Eropa, baik untuk alasan daya saing maupun lingkungan.
“Setelah apa yang terjadi kemarin, dunia ini penuh dengan ketidakpastian dan mungkin besok akan ada lebih banyak lagi ketidakpastian. Mari kita sebagai orang Eropa di dalam Uni Eropa tidak menambah ketidakpastian dengan menciptakan ambiguitas pada tujuan kita,” ujar De Croo.
Sekjen Dewan Eropa yang juga mantan presiden Swiss, Alain Berset, menilai Eropa harus mengirim pesan yang jelas kepada Amerika. “Trump mengirim pesan yang jelas, dan dari perspektif Eropa dan Dewan Eropa, kita juga harus mengirim pesan yang jelas. (Bahwa) kita memiliki nilai, demokrasi, aturan hukum dan hak asasi yang kuat. Kita harus terlibat selama lima tahun ke depan untuk menjadi kuat, sekuat mungkin, namun tetap bersatu,” tukasnya.
Jesper Brodin, Kepala Eksekutif IKEA, perusahaan mebel global, menggarisbawahi manfaat Perjanjian Iklim Paris bagi dunia bisnis. “Bagi kami – yang telah mengikuti perjalanan yang tidak mulus selama beberapa tahun ini – kami tidak hanya dapat berhasil memenuhi Perjanjian Iklim Paris, tetapi juga bagaimana perjanjian ini dapat memberikan manfaat bagi bisnis.”
Harapan
Andy Beshear, Gubernur Kentucky yang merupakan salah satu politisi Amerika yang hadir dalam pertemuan di Swiss itu menyampaikan harapan bahwa Trump dan para pendukungnya akan menyadari pentingnya aliansi di seluruh dunia.
“Pidato Trump berbeda dengan yang akan saya sampaikan. Tetapi dia telah terpilih sebagai presiden dan dia berhak untuk menyampaikan pidato pelantikannya dengan cara yang dia pilih. Saya berharap Trump dan para penasihatnya akan menyadari betapa pentingnya aliansi bagi stabilitas global, terutama betapa pentingnya hubungan antara Eropa dan Amerika bagi stabilitas global,” kata Beshear.
Kesepakatan Paris bertujuan untuk membatasi pemanasan global jangka panjang hingga 1,5 derajat Celcius atau jika tidak tercapai, menjaga suhu setidaknya di bawah sekitar 2 derajat Celcius, di atas tingkat pra-industri. [em/hj/aa]
See all News Updates of the Day
Badai Salju Langka Landa Houston dan New Orleans
Layanan Cuaca Nasional mengeluarkan peringatan badai salju untuk wilayah mulai dari Texas di selatan hingga timur melalui Georgia dan ke utara ke negara bagian South Carolina dan North Carolina hingga ke Virginia.
Badai musim dingin yang jarang terjadi melanda kawasan Pantai Teluk Amerika Serikat, Selasa (21/1). Badai itu mencurahkan salju yang memecahkan rekor lebih dari satu abad di kawasan selatan, di mana hujan salju jarang terjadi. Sementara itu sebagian besar wilayah Amerika masih diliputi suhu dingin membeku yang berbahaya.
Peringatan badai salju berlaku bagi 31 juta orang – mulai dari Texas di selatan hingga timur melalui Georgia dan ke utara ke negara bagian South Carolina dan North Carolina hingga ke Virginia – hingga Rabu (22/1) pagi, kata Layanan Cuaca Nasional (National Weather Service/NWS).
Dengan bergeraknya badai ke arah timur, para petugas di dekat Houston membersihkan jalan-jalan raya, pada Selasa. Sementara itu jalan-jalan di pusat kota itu, yang diselimuti salju putih, praktis kosong.
Sekolah-sekolah ditutup pada Selasa (21/1) dan Rabu (22/1) sementara kota terbesar keempat di AS itu diperkirakan diguyur hujan salju setinggi 10 sentimeter.
“Saya telah tinggal di Texas sepanjang usia saya dan saya belum pernah melihat salju sedalam ini,” kata Ishan Bhaidani, 29, yang memiliki perusahaan konsultan teknologi keuangan di Houston.
“Biasanya kota ini sangat dingin, tetapi salju sehalus ini, ini pertama kalinya," imbuh Bhaidani.
Pihak berwenang di Houston menyelidiki dua kematian yang mungkin terkait cuaca, termasuk seorang lelaki tunawisma yang didapati tewas di dekat sebuah kompleks apartemen, kata Sherif Kabupaten Harris dalam pernyataan yang diunggah di X.
Salju juga turun di New Orleans, di mana salju terakumulasi setinggi hampir 25 sentimeter pada sore hari, menurut NWS.
Richard Bann, pakar cuaca di NWS, mengatakan, badan tersebut mencoba memastikan apakah hujan salju hari Selasa memecahkan rekor di New Orlans yang tercatat 20 sentimeter pada 1895.
Menurut NWS, kali terakhir New Orleans menerima hujan salju yang dapat diukur adalah pada tahun 2009.
Hujan salju yang memecahkan rekor 144 tahun, bercurah lebih dari 15 sentimeter, turun d Mobile, Alabama, pada sore hari, menurut NWS.
Badai ini diperkirakan bergerak perlahan melalui Mississippi, Georgia dan Florida awal pekan ini.
Badai itu mengganggu perjalanan udara dengan menyebabkan penundaan atau pembatalan penerbangan pada hari Selasa. Lebih dari 1.000 penerbangan dari dan ke Bandara Internasional George Bush, Houston, dibatalkan, menurut Flightaware.com. [uh/ns]
Pemanasan Global Resmi Lampaui Ambang Batas 1,5 Derajat Celsius pada 2024
Tahun 2024 adalah tahun terpanas yang tercatat sejauh ini, dan menjadi tahun pertama ketika suhu dunia melampaui ambang batas 1,5 derajat Celsius seperti yang ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris. Para ilmuwan mengatakan masih ada harapan untuk memperbaiki situasi, tetapi waktu menjadi kuncinya.
Pada 2024 untuk pertama kalinya dunia mengalami satu tahun penuh suhu global di atas 1,5 derajat Celsius sejak masa praindustri, menurut para ilmuwan, pada 10 Januari lalu.
Suhu udara di setiap benua mengalami kenaikan sepanjang 2024, menyebabkan gelombang panas, kekeringan dan cuaca ekstrem. Tonggak sejarah itu dipastikan oleh para ilmuwan di Badan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa.
Mereka memperingatkan, perubahan iklim mendorong suhu planet Bumi ke tingkat yang belum pernah dirasakan oleh manusia modern.
Carlo Buontempo, Direktur Badan Perubahan Iklim Copernicus UE, mengatakan, “Setiap bulan, dari Januari hingga Juli lalu, telah menjadi bulan-bulan terhangat yang pernah tercatat. Juli adalah bulan terhangat kedua, dan setelah itu terus menjadi yang kedua atau mendekati yang pertama. Tapi ketika Anda menggabungkan semuanya, lintasannya sungguh luar biasa dan menjadikannya sebagai tahun terhangat yang pernah tercatat.”
Selain Badan Perubahan Iklim Copernicus UE, enam badan iklim lain merilis data temperatur tahun 2024 pada 10 Januari, yang seluruhnya menunjukkan hasil yang sama. Keenamnya adalah Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa (European Center for Medium Range Weather Forecasts/ECMWF), Badan Meterologi Jepang, NASA, Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (US National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA), Kantor Meterologi Inggris yang berkolaborasi dengan Unit Riset Iklim Universitas East Anglia (HadCRUT), serta Berkeley Earth.
Suhu rata-rata planet Bumi sepanjang tahun lalu 1,6 derajat Celsius lebih tinggi daripada suhu rata-rata tahun 1850-1900. Periode itu adalah “periode praindustri” sebelum manusia mulai menggunakan bahan bakar fosil, yang menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar.
Lebih dari itu, tahun 2024 adalah tahun terpanas di dunia sejak pencatatan suhu Bumi dimulai, dan setiap tahun selama sepuluh tahun terakhir termasuk di antara sepuluh tahun terhangat yang pernah tercatat.
Melalui Perjanjian Paris 2015, berbagai negara berjanji untuk mencoba mencegah suhu rata-rata global agar tidak melampaui ambang batas simbolis sebesar 1,5 derajat Celsius, untuk menghindari bencana iklim yang lebih parah dan mahal.
Meski memecahkan rekor, suhu rata-rata global tahun 2024 tidak melampaui target Perjanjian Paris, yang memang mengukur suhu rata-rata jangka panjang. Sejauh ini, planet Bumi telah menghangat rata-rata 1,3 derajat Celsius, tetapi akan mencapai 3,1 derajat Celsius pada 2100 seandainya kebijakan iklim saat ini tidak diubah, menurut laporan Kesenjangan Emisi PBB 2024.
Wakil Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) Ko Barrett mengatakan bahwa kenaikan suhu dan pengurangan emisi gas rumah kaca yang tidak memadai sungguh mengkhawatirkan. “Kita harus mengubah kedua tren ini ke arah yang benar jika kita mau mengatasi dampak jangka panjang dari perubahan iklim,” sebutnya.
Sementara menurut Buontempo, belum terlambat bagi negara-negara di dunia untuk segera memangkas emisi dan mencegah semakin buruknya dampak perubahan iklim.
“Perjanjian Paris akan terlanggar dalam waktu dekat, entah akhir 2020-an, awal 2030-an, tapi yang jelas kita akan mencapai (ambang batas) 1,5 derajat Celsius, seperti yang disebutkan dalam Perjanjian Paris, dan melampauinya.
“Tapi ini belum selesai. Kita bisa mengubah lintasan itu dari sekarang. Kita bisa melakukannya, tapi kita perlu melakukannya atas dasar sains, atas dasar bukti, dan ada banyak bukti yang bisa kita jadikan landasan tindakan kita,” jelasnya.
Dampak-dampak perubahan iklim kini bisa terlihat di setiap benua, memengaruhi kehidupan manusia baik di negara terkaya maupun termiskin di muka Bumi. Badai dan hujan deras semakin parah, karena atmosfer yang lebih panas dapat menampung lebih banyak air yang menyebabkan hujan deras.
Ironisnya, meski kerugian akibat bencana-bencana tersebut semakin parah, kemauan politik untuk mengurangi emisi telah memudar di beberapa negara.
Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump, yang mulai menjabat pada 20 Januari, telah menyebut perubahan iklim sebagai hoaks, terlepas dari konsensus ilmiah di seluruh dunia yang menyatakan bahwa hal itu terjadi akibat perilaku manusia dan akan menimbulkan konsekuensi yang parah jika tidak ditangani. [rd/ns]
Aktivis Iklim di Inggris Coret Makam Charles Darwin dengan Kapur
Kepolisian Metropolitan London menyatakan petugas menangkap dua perempuan atas dugaan kerusakan kriminal “dengan menggunakan apa yang diyakini sebagai cat bubuk di Westminster Abbey.”
Aktivis iklim, Senin (13/1) menarget makam Charles Darwin dengan cat kapur dalam aksi kontroversial terbaru terkait kebijakan lingkungan pemerintah Inggris.
Kelompok Just Stop Oil (JSO) menyatakan dua pendukungnya menyemprotkan kapur bertuliskan “1.5 is dead” di makam ilmuwan biologi abad ke-19 tersebut di Westminster Abbey, pusat kota London.
Aksi ini menyusul pengumuman pemantau iklim Eropa pekan lalu bahwa dalam dua tahun terakhir, suhu rata-rata global untuk pertama kalinya melebihi batas kritis pemanasan 1,5 derajat Celsius.
Kepolisian Metropolitan London menyatakan petugas menangkap dua perempuan atas dugaan kerusakan kriminal “dengan menggunakan apa yang diyakini sebagai cat bubuk di Westminster Abbey.”
“Polisi dipanggil… setelah menerima laporan bahwa keduanya telah ditahan oleh petugas keamanan,” ujar seorang juru bicara. “Mereka kemudian dibawa ke kantor polisi di London pusat dan saat ini masih ditahan.”
Seorang juru bicara gereja menyebut insiden ini tidak diperkirakan menimbulkan kerusakan permanen, dan area gereja tetap dibuka bagi jemaat maupun pengunjung.
JSO, yang dibentuk pada awal 2022 untuk menekan kebijakan pemerintah Inggris terkait eksplorasi minyak dan gas, menyebutkan identitas dua aktivis di balik aksi tersebut.
Mereka adalah Alyson Lee, 66, seorang asisten pengajar yang telah pensiun, dan Di Bligh, 77, mantan kepala eksekutif dewan pemerintah daerah.
“Kami berupaya agar pemerintah mengambil tindakan atas perubahan iklim. Mereka tidak melakukan cukup,” kata Lee kepada wartawan saat dibawa polisi.
JSO telah melakukan sejumlah aksi serupa, di antaranya menyiramkan sup ke lukisan ikonik “Sunflowers” karya Vincent van Gogh, serta menaburkan bubuk cat oranye ke batu tegak prasejarah Stonehenge. [th/lt]
Gempa Bumi Guncang Jepang, Tibet
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,8 mengguncang wilayah barat daya Jepang pada Senin malam (13/1), menurut Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Otoritas setempat kemudian mengeluarkan peringatan tsunami.
Badan Meteorologi Jepang (JMA) menerbitkan peringatan gelombang setinggi hingga satu meter setelah gempa terjadi di lepas pantai Prefektur Miyazaki, kawasan Pulau Kyushu, sekitar pukul 21.19 waktu setempat.
USGS sebelumnya memperkirakan kekuatan gempa berada pada 6,9, namun kemudian merevisi menjadi 6,8. Meski demikian, lembaga itu menyatakan “tidak ada ancaman tsunami dari gempa ini.”
JMA tetap mengimbau masyarakat menjauhi wilayah pesisir.
“Tsunami dapat terjadi berulang kali. Mohon untuk tidak memasuki laut atau mendekati daerah pantai,” tulis JMA di X.
Tidak lama berselang, gempa berkuatan magnitudo 4.9 dan 5.0 mengguncang wilayah Tingri di Tibet, menurut China Earthquake Networks Center.
Pekan lalu, wilayah itu juga diguncang gempat berkekuatan magnitudo 6.8 dan menewaskan sedikitnya 126 orang. [th/lt]
Forum