Presiden Amerika Donald Trump siap untuk berkunjung Moskow, kalau ia mendapat undangan resmi dari Vladimir Putin, kata Gedung Putih hari Jumat (27/7). Presiden Putin-pun mengatakan ia bersedia datang ke Washington, tapi pernyataan ini dikeluarkan setelah Trump mencabut undangannya untuk bertemu dengan Putin pada musim gugur mendatang.
Pernyataan bolak-balik tentang pertemuan puncak ini terjadi menyusul pertemuan puncak pertama mereka di Helsinki bulan ini. Keinginan Trump bertemu lagi dengan Putin menunjukkan keinginan Trump menjalin hubungan yang lebih hangat dengan Putin, walaupun pemimpin Rusia itu tidak melihat urgensi yang sama dengan Trump. Sementara itu sekutu-sekutu Trump di Washington menyaksikan semua ini dengan kesal.
Pernyataan Trump bahwa ia bersedia pergi ke Moskow muncul ketika para anggota Kongres AS terus menuntut penjelasan rinci tentang apa yang dibahas Trump dengan Putin di Helsinki. Presiden Trump dikecam luas karena tidak mau mengutuk Rusia secara terbuka atas campur tangannya dalam pemilu
Amerika tahun 2016, dan tampaknya lebih menerima bantahan Putin tentang adanya kegiatan seperti itu.
Tanggapan Trump atas kecaman-kecaman itu adalah dengan tiba-tiba mengumumkan undangan untuk pertemuan puncak kedua dengan Putin di Washington. Tapi undangan ini mendapat sambutan dingin dari kelompok partai Republik di Kongres yang akan menghadapi kesulitan dalam pemilihan sela bulan November. Rusia juga tidak menanggapi undangan itu dengan segera.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika John Bolton hari Rabu mengatakan, rencana pertemuan puncak yang diusulkan Trump itu diundur sampai tahun depan. Alasannya adalah karena Jaksa Khusus Robert Mueller masih terus mengadakan penyelidikan tentang campur tangan Rusia dalam pemilu 2016. Bolton menggunakan istilah “witch hunt” atau mencari-cari kesalahan, istilah yang sering digunakan Trump tentang penyelidikan Mueller itu. [ii]