Serangan teror di New York, Selasa (31/10), berubah menjadi isu politik setelah Presiden Donald Trump menyalahkan sebuah program visa yang menurutnya memungkinkan tersangka Sayfullo Saipov hijrah ke Amerika Serikat, dan menyebut sistem peradilan Amerika Serikat tidak serius karena bergerak terlalu lambat.
Saipov, yang mengaku memilih hari Halloween untuk melangsungkan serangannya karena menduga akan ada banyak orang di jalan-jalan, Rabu (1/11), dikenai dua gugatan kriminal.
Trump mengatakan, ia ingin segera bekerjasama dengan Kongres untuk menghapus program lotere kartu hijau (Green Card) sebuah program pemberian visa yang memungkinkan Saipov masuk ke AS.
Pernyataan Trump ini mengundang kecaman dari tokoh-tokoh Partai Demokrat, yang mengatakan bahwa presiden bergegas mempolitisasi sebuah tragedi pada saat para penegak hukum sedang berusaha mengungkap fakta-fakta terkait serangan tersebut.
Rabu (1/11), Trump, dalam cuitannya di Twitter, menyalahkan pemimpin Demokrat di Senat Chuck Schumer dari New York karena membiarkan teroris masuk ke AS melalui Program Lotere Visa Diversitas, sebuah program yang didukung Schumer ketika ia menjadi anggota DPR AS. Trump lebih jauh mengatakan, ia ingin mengakhiri program itu.
Schumer menuduh Trump mempolitisasi dan memecah belah Amerika – tindakan yang menurut Schumer selalu dilakukan Trump sewaktu terjadi tragedi nasional. Schumer mengatakan, ia selalu yakin dan masih yakin bahwa imigrasi bermanfaat bagi AS. Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan, cuitan Trump itu tidak membantu meredakan suasana. [ab/lt]