Presiden AS Donald Trump telah mengambil langkah untuk memenuhi salah satu janji pada awal kampanyenya: membangun tembok antara Amerika Serikat dan Meksiko dalam upaya menghambat imigrasi gelap.
Presiden Trump menandatangani dua perintah eksekutif, Rabu (25/1), satu untuk segera memulai pembangunan penghalang di sepanjang perbatasan selatan AS dan yang lain meningkatkan penegakan hukum dan mengancam akan menahan dana federal bagi kota-kota yang tidak mematuhi undang-undang imigrasi federal.
Pembangunan tembok di perbatasan Amerika Serikat-Meksiko merupakan isu yang diangkat oleh Donald Trump berulang kali selama dia berkampanye untuk pemilihan presiden. “Kita berada dalam krisis di perbatasan selatan kita. Lonjakan jumlah imigran gelap yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Amerika Tengah merugikan baik Meksiko maupun Amerika,” ujarnya.
Dan hanya dalam beberapa hari masa kepresidenannya, Trump berdiri di depan para pegawai Departemen Keamanan Dalam Negeri (Homeland Security) Rabu (25/1) dan mengumumkan pembangunan segera tembok perbatasan yang katanya akan meningkatkan keamanan bagi kedua negara.
"Satu negara tanpa perbatasan bukan negara. Mulai hari ini, Amerika Serikat mengontrol perbatasannya, memiliki kembali perbatasannya," imbuh Presiden Trump.
Pengumuman ini disampaikan seminggu sebelum Presiden Meksiko Enrique Peña Nieto berencana mengunjungi Gedung Putih untuk pembicaraan, di tengah kontroversi terkait komentar Trump bahwa Meksiko akan membayar biaya pembangunan tembok perbatasan, gagasan yang telah ditolak Nieto.
Pada hari Rabu (25/1), Trump menyatakan "kekagumannya yang mendalam terhadap rakyat Meksiko" dan membanggakan hubungan yang lebih erat antara kedua tetangga.
"Dengan bekerja sama dalam perdagangan yang positif, perbatasan yang aman dan kerjasama ekonomi, saya benar-benar yakin kita dapat meningkatkan hubungan antara kedua negara kita ke tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya, yang pasti belum pernah terlihat dalam waktu yang sangat lama," jelasnya.
Selain membangun tembok sepanjang 3.200 kilometer di perbatasan AS-Meksiko dan meningkatkan jumlah petugas patroli perbatasan, perintah eksekutif itu ditujukan pada 11 juta imigran gelap yang tinggal di Amerika Serikat dengan mencabut dana hibah federal bagi kota-kota yang menampung mereka.
"Ini tidak akan memecahkan masalah imigrasi. Kita tidak bisa mendeportasi sebagai jalan keluar dari masalah imigrasi. Jadi saya pikir, walaupun ini mungkin diterima dengan baik oleh sebagian orang yang memilih dia, yang belum benar-benar menyelidiki sendiri masalah itu, ini tidak akan memecahkan masalah. Jadi banyak waktu, tenaga dan uang dan sumber daya dituangkan ke sesuatu yang tidak mengubah posisi kita sekarang ini," kata Amanda Frost pemangku jabatan direktur Immigration Justice Clinic di American University.
Presiden dari Partai Republik ini juga mengatakan sedang mempertimbangkan pembekuan semua penerimaan pengungsi selama empat bulan, serta larangan masuk ke Amerika Serikat selama minimal 30 hari bagi pemilik visa dari Irak, Iran, Libya, Suriah, Somalia, Sudan atau Yaman,negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim. [as/lt]