Tautan-tautan Akses

Trump Dukung Musk dalam Program Visa H-1B


Presiden terpilih Donald Trump menyaksikan peluncuran roket raksasa SpaceX, Starship, di Texas bersama Elon Musk, 19 November 2024. Trump menyatakan dukungan untuk program visa H-1B bagi pekerja teknologi asing. (Brandon Bell/Pool)
Presiden terpilih Donald Trump menyaksikan peluncuran roket raksasa SpaceX, Starship, di Texas bersama Elon Musk, 19 November 2024. Trump menyatakan dukungan untuk program visa H-1B bagi pekerja teknologi asing. (Brandon Bell/Pool)

Presiden terpilih Donald Trump pada Sabtu menyatakan mendukung usulan CEO teknologi Elon Musk dalam debat mengenai visa H-1B. Ia menegaskan program ini penting bagi pekerja asing di sektor teknologi, meski mendapat penolakan dari sebagian pendukungnya.

Pernyataan Trump muncul setelah serangkaian unggahan media sosial dari Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, yang pada Jumat malam bertekad untuk "berjuang" membela program visa bagi pekerja asing di sektor teknologi.

Trump, yang sempat membatasi penggunaan visa selama masa jabatan pertamanya, menyatakan kepada The New York Post pada Sabtu bahwa ia kini mendukung program visa tersebut.

"Saya memiliki banyak (pemegang) visa H-1B pada properti saya. Saya percaya pada H-1B. Saya telah menggunakannya berkali-kali. Ini adalah program yang hebat," katanya.

Musk, warga negara Amerika kelahiran Afrika Selatan yang dinaturalisasi, pernah memegang visa H-1B, sementara perusahaannya, Tesla, telah memperoleh 724 visa tahun ini. Visa H-1B biasanya berlaku selama tiga tahun, tetapi dapat diperpanjang atau digunakan untuk mengajukan izin tinggal permanen.

Pertikaian itu bermula awal pekan ini ketika aktivis sayap kanan mengkritik keputusan Trump menunjuk Sriram Krishnan, seorang kapitalis ventura India-Amerika, sebagai penasihat kecerdasan buatan. Mereka menuding Krishnan akan memengaruhi kebijakan imigrasi di pemerintahan Trump.

Cuitan Musk ditujukan kepada para pendukung Trump dan kelompok garis keras imigrasi yang semakin gencar mendesak penghapusan program visa H-1B. Hal ini muncul di tengah perdebatan sengit tentang imigrasi serta peran imigran terampil dan pekerja asing yang datang ke Amerika Serikat dengan visa kerja.

Pada Jumat, Steve Bannon, orang kepercayaan lama Trump, mengecam "oligarki teknologi besar" yang mendukung program H-1B dan menyebut imigrasi sebagai ancaman bagi peradaban Barat.

Sebagai balasan, Musk dan sejumlah miliarder teknologi lainnya membedakan antara imigrasi legal dan ilegal menurut pandangan mereka.

Trump berjanji untuk mendeportasi semua imigran ilegal di Amerika, menerapkan tarif untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi warga negara, dan membatasi imigrasi dengan ketat.

Masalah visa menyoroti bagaimana pemimpin teknologi seperti Musk — yang memainkan peran penting dalam transisi kepresidenan dengan memberikan nasihat tentang personel dan kebijakan utama — kini menarik perhatian dari basis pendukungnya.

Industri teknologi Amerika bergantung pada program visa H-1B untuk mempekerjakan pekerja terampil asing, yang membantu menjalankan perusahaan-perusahaan mereka. Namun, para kritikus berpendapat bahwa tenaga kerja ini justru melemahkan upah warga negara Amerika.

Musk menggelontrokan lebih dari seperempat miliar dolar untuk membantu Trump terpilih pada bulan November. Minggu ini, ia secara rutin memposting tentang kekurangan bakat lokal untuk mengisi semua posisi yang diperlukan di perusahaan teknologi Amerika. [ah/ft]

XS
SM
MD
LG