Fraksi Demokrat di Kongres segera menanggapi pernyataan Presiden Donald Trump bahwa tidak ada salahnya mendengarkan informasi mengenai saingan politik, bahkan jika itu berasal dari luar negeri. Trump bahkan mengejutkan sejumlah sejawatnya di Partai Republik dengan pernyataannya bahwa ia akan menerima informasi dari pemerintah asing yang bisa menjatuhkan saingannya pada pemilu presiden 2020.
Dalam sebuah wawancara dengan George Stephanopoulos dari ABC News, yang diudarakan Rabu malam, Trump mengatakan, jika ia mendapat tawaran itu, ia akan mendengarkannya.
Para pengkritik menganggap pernyataan itu sebagai undangan terhadap pemerintah-pemerintah asing untuk mencampuri lebih jauh sistem demokrasi AS pada saat para legislator berusaha mencegah terulangnya campur tangan Rusia seperti pada pemilu presiden 2016.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan, Kamis (13/6), lagi-lagi Trump tidak bisa membedakan yang benar dan yang salah.
"Semua orang di negeri ini sangat terkejut dengan apa yang dikatakan presiden semalam. Sangat terkejut. Tapi dia memang memiliki kebiasaan untuk membuat pernyataan-pernyataan yang mengejutkan. Yang satu ini begitu sangat tidak etisnya namun dia tidak menyadarinya," kecam Pelosi.
Pernyataan Trump yang ditayangkan televisi ini menyulitkan rekan-rekan sejawatnya dari Partai Republik untuk membelanya. Namun, tak sedikit yang mencobanya, termasuk pemimpin minoritas di DPR, Kevin McCarthy.
"Saya pernah menyaksikan presiden menentang campur tangan entitas-entitas asing, dan ia tidak akan membiarkan negara asing manapun mencampuri pemilu kita,” tukas McCarthy.
Sementara itu, Senator Mitt Romney dari Utah, tokoh Partai Republik yang pernah dua kali mencalonkan diri sebagai presiden tapi gagal, tidak mencobanya sama sekali.
"Ini kemungkinan ilegal. Jika tidak, kita harus memastikan bahwa ini illegal. Membiarkan pemerintah asing berusaha atau melibatkan diri mereka dalam pemilu kita adalah sesuatu yang tidak bisa kita biarkan dan sangat bertentangan dengan semangat demokrasi,” kata Romney.
Para anggota Kongres dengan suara bulat mengecam campur tangan Rusia pada pemilu presiden 2016, dan banyak di antara mereka menuntut dirancangnya undang-undang untuk meningkatkan pengamanan proses pemberian suara. Namun usaha ini ditentang Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, pendukung gigih Trump.
Chuck Schumer, pemimpin minoritas di Senat, juga mengangkat isu itu, Kamis.
"Kita memiliki beberapa RUU keamanan pemilu yang tidak mengalami kemajuan di Senat. Kita bahkan memiliki RUU yang diajukan anggota senior Komisi Intelejen yang akan mewajibkan kubu kampanye melapor ke FBI ketika sebuah kekuatan asing menawarkan bantuan. Sangat sederhana. Sebuah kekuatan asing datang ke kubu kampanye Anda dan menawarkan bantuan, Anda melapor ke FBI,” tegasnya.
Para analis mengatakan, RUU-RUU itu kemungkinan akan terus terjegal karena dukungan tak tergoyahkan simpatisan Partai Republik. Mereka berpendapat, legislator Partai Republik yang terang-terangan mempersoalkan Trump kemungkinan akan kesulitan dalam pemilu pencalonan dirinya kembali. (ab/lt)