Presiden Amerika Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba pada pertemuan di Gedung Putih pada Jumat (7/2) menyatakan bahwa hubungan antara Washington dan Tokyo memasuki "zaman keemasan baru."
Banyak orang di Jepang khawatir apakah Ishiba bisa membangun hubungan baik dengan Trump yang tak terduga, terutama pada pertemuan pertama mereka yang penuh risiko. Kekhawatiran itu semakin besar mengingat kebijakan luar negeri awal Trump yang mengejutkan banyak sekutu dan musuh.
Namun, kedua pemimpin saling memuji satu sama lain. Trump membuka konferensi pers dengan memberikan foto mereka berdua yang diambil di Ruang Oval kepada Ishiba.
"Saya berharap saya setampan dia, tetapi ternyata tidak," gurau Trump. Ia menegaskan bahwa Amerika Serikat "berkomitmen penuh" untuk memastikan keamanan Jepang dan berjanji akan memperkuat hubungan ekonomi kedua negara.
Menjelang pertemuan mereka di Ruang Oval, Ishiba memuji Trump, mengatakan bahwa ia terinspirasi oleh semangat tak kenal takut Trump, yang meskipun pernah menjadi sasaran percobaan pembunuhan, tetap bertekad memenangkan pemilihan dan mewujudkan misinya untuk "Membuat Amerika Hebat Lagi."
"Selain itu, Anda juga akan meningkatkan upaya untuk membawa perdamaian ke dunia," kata Ishiba. "Dan itulah alasan mengapa Tuhan menyelamatkan Anda dalam tragedi itu."
Kunjungan Ishiba terjadi di tengah kekhawatiran Tokyo mengenai pernyataan Trump kepada beberapa sekutu dan mitra Amerika, di mana ia menyatakan keinginannya untuk menjadikan Kanada sebagai negara bagian Amerika, memperoleh Greenland dari Denmark, dan menguasai Terusan Panama.
"Kami ingin terlebih dahulu membangun hubungan kepercayaan dan kerja sama yang lebih tinggi antara kedua negara, terutama kedua pemimpin," kata seorang pejabat senior pemerintah Jepang kepada wartawan selama pengarahan pada Kamis.
Trump memberlakukan tarif baru sebesar 10 persen terhadap China, serta tarif 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko. Namun tarif untuk Ottawa dan Meksiko City ditangguhkan selama dua bulan mendatang. Trump juga memperingatkan kemungkinan penerapan tarif terhadap negara lain, terutama yang mengalami defisit perdagangan dengan Amerika, seperti Jepang.
Pada Jumat, Trump mengatakan akan memberlakukan tarif timbal balik terhadap mitra dagang.
"Suatu negara membayar begitu banyak, menagih kita begitu banyak, dan kita melakukan hal yang sama, sangat saling menguntungkan," katanya.
Ishiba enggan mengungkapkan apakah ia akan memberikan tanggapan terkait hal itu.
Ketegangan lainnya dalam hubungan Amerika-Jepang muncul dari keputusan mantan Presiden Joe Biden yang memblokir tawaran senilai $15 miliar dari produsen baja terbesar Jepang, Nippon Steel, untuk mengakuisisi U.S. Steel yang berbasis di Pittsburgh.
Biden memblokir kesepakatan tersebut menjelang akhir masa jabatannya dengan alasan terkait masalah keamanan nasional. Trump mengaku juga menentang kesepakatan tersebut, tetapi kini tampaknya lebih terbuka untuk melakukan negosiasi.
"Mereka akan melihatnya sebagai investasi, bukan pembelian," kata Trump. "Kami tidak menyukai ide itu. U.S. Steel adalah perusahaan yang sangat penting bagi kami."
Jepang setuju untuk meningkatkan investasinya di sektor-sektor utama Amerika, serta membeli lebih banyak gas alam cair (LNG) dari Amerika – sebuah agenda yang sangat penting bagi Trump.
Bidang Keamanan
Dalam pernyataan bersama, kedua pemimpin menegaskan kembali komitmen mereka terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, melalui "kerja sama yang berlapis-lapis dengan negara-negara yang memiliki pandangan serupa."
Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Fumio Kishida, Jepang menjadi pemain utama dalam apa yang disebut pemerintahan Biden sebagai "arsitektur strategis seperti kisi," untuk memperkuat pencegahan terhadap dua musuh utama Amerika di Pasifik: China dan Korea Utara.
Pendekatan Biden menghubungkan Tokyo dengan sekutu-sekutu lainnya dalam format trilateral dan pengelompokan lainnya, termasuk Korea Selatan, Australia, dan Filipina, untuk mengatasi ancaman regional di Selat Taiwan, Laut China Selatan, dan Semenanjung Korea.
Pemerintahan Trump akan tetap mendukung upaya trilateral dan beberapa kelompok kerja yang telah terbentuk dari inisiatif tersebut dalam beberapa tahun terakhir, ujar seorang pejabat Trump dalam pengarahan kepada wartawan pada Jumat pagi.
"Meski mungkin ada beberapa penyesuaian dalam fokus kerja sama trilateral, saya rasa sebagian besar akan tetap berlanjut seperti sebelumnya," ujar pejabat tersebut.
Selama masa jabatan pertama Trump, ia dan Perdana Menteri Shinzo Abe sepakat membentuk kerangka "Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka" untuk mendorong perdamaian dan kemakmuran di kawasan. Kedua negara juga setuju untuk memperkuat kelompok Quad bersama India dan Australia. [ah/ft]
Forum