Dua hari menjelang pemilu Amerika, calon presiden dari Partai Republik Donald Trump dan dari Partai Demokrat Hillary Clinton hari Minggu (6/112) menuju negara-negara bagian penting di mana mereka bersaing ketat, sebagai upaya terakhir kedua calon itu untuk meraih dukungan para pemilih yang belum menentukan pilihan untuk memenangkan pemilu.
Survei nasional terus menunjukkan Clinton mantan menlu Amerika unggul tipis dari Trump, pengusaha real estate yang blak-blakan dan baru pertama kali mencalonkan diri menjadi presiden. Sebagian analis jajak pendapat memperkirakan Clinton menang hari Selasa, tapi keunggulannya dari Trump bukannya tidak bisa diatasi sehingga juga bisa memberi Trump kesempatan memenangkan jabatan di Gedung Putih pada detik-detik terakhir dari kampanye panjang itu jika ia bisa mengungguli Clinton di negara-negara bagian yang masih diperebutkan dan negara bagian yang sebelumnya condong memihak kepada kandidat presiden Partai Demokrat.
Sejumlah jajak-jajak pendapat nasional baru-baru ini menunjukkan Clinton yang hendak menjadi presiden perempuan Amerika yang pertama, unggul dua sampai tiga poin dari Trump meskipun jajak pendapat terbaru oleh harian Washington Post dan televisi ABC News menunjukkan Clinton unggul 48-43 %.
Meski demikian pemilu presiden Amerika tidak ditentukan oleh suara terbanyak nasional melainkan oleh lembaga perwakilan yang memilih presiden atau Electoral College dengan hasil yang ditentukan oleh hasil-hasil di setiap 50 negara bagian dan ibukota Washington. Negara-negara bagian terbesar mempunyai pemilih paling banyak dalam Electoral College, Clinton dan Trump memerlukan sekurangnya 270 suara elektoral dari 538 pemilih elektoral untuk memenangkan pemilu. [my/jm]