Tautan-tautan Akses

Trump Beri Chevron Waktu Satu Bulan untuk “Menghentikan” Operasi di Venezuela 


Kapal tanker yang membawa minyak berlayar di Danau Maracaibo di Maracaibo, Venezuela, pada 15 Maret 2019. (Foto: AFP/Juan Barreto)
Kapal tanker yang membawa minyak berlayar di Danau Maracaibo di Maracaibo, Venezuela, pada 15 Maret 2019. (Foto: AFP/Juan Barreto)

Para ahli mengatakan hilangnya ekspor yang terkait dengan Chevron dapat menyebabkan resesi bagi Venezuela dan semakin banyak orang yang mungkin akan melarikan diri dari negara itu. 

Amerika Serikat pada Selasa (4/3) memberi waktu satu bulan bagi raksasa energi Chevron untuk menghentikan operasinya di Venezuela. Langkah tersebut memberi pukulan berat bagi pemerintah Venezuela yang kekurangan uang.

Chevron saat ini memproduksi dan mengekspor hampir seperempat juta barel minyak mentah setiap hari dari Venezuela, yang memberikan pendapatan penting bagi pemerintahan Nicolas Maduro.

Namun, sebuah unit di Departemen Keuangan AS mengatakan pada Selasa bahwa Chevron harus berhenti menghentikan operasinya dalam waktu 30 hari, sebuah jangka waktu yang oleh orang di dalam industri gambarkan sebagai sesuatu yang tidak realistis.

Namun, langkah tersebut menandakan perubahan besar dalam kebijakan Donald Trump terhadap Venezuela, musuh lama Amerika Serikat.

Dalam masa jabatan pertama Trump, dia menjalankan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap rezim kiri di Venezuela, mengeluarkan sanksi dan membatasi operasi perusahaan minyak AS.

Namun, saat menjabat untuk kedua kalinya, Trump awalnya berusaha untuk terlibat dengan Maduro. Dia menyetujui kesepakatan untuk membebaskan warga negara AS sebagai imbalan atas penerimaan Venezuela terhadap para migran yang dideportasi dari Amerika Serikat.

Seorang utusan Trump bahkan berpose untuk difoto di ibu kota Caracas bersama Maduro yang penuh senyum.

Langkah itu memicu tekanan hebat dari anggota Partai Republik di Florida yang ingin melihat Amerika Serikat mendukung partai-partai prodemokrasi yang telah berulang kali dijegal dalam pemilihan yang meragukan.

Menghadapi pemungutan suara terkait anggaran yang sulit baru-baru ini di Kongres, Trump membuat perubahan haluan yang tiba-tiba bulan lalu dan mengatakan Venezuela telah gagal menyelenggarakan pemilihan yang adil, seperti yang dijanjikan, dan tidak menepati kesepakatan.

Para ahli mengatakan hilangnya ekspor yang terkait dengan Chevron dapat menyebabkan resesi bagi Venezuela dan semakin banyak orang yang melarikan diri dari negara itu.

Bagi Maduro, hal itu akan segera menguras cadangan devisa yang sudah menipis – dengan kerugian sekitar $150-200 juta per bulan.

“Pemerintah AS yang baru berusaha menyakiti rakyat Venezuela,” kata Wakil Presiden Delcy Rodriguez.

“Ini adalah pukulan pada diri sendiri yang akan menaikkan harga bahan bakar,” tambah dia.

Pasar minyak pada Selasa menanggapi berita itu dengan tenang, karena berita itu muncul setelah keputusan kartel minyak OPEC untuk meningkatkan produksi.

Namun, harga saham Chevron telah turun sekitar 2,8 persen dalam sepekan terakhir.

Venezuela pernah memproduksi 3,5 juta barel per hari, tetapi saat ini hanya memproduksi lebih dari satu juta, meskipun memiliki cadangan minyak terbesar di dunia.

Antara 2014 dan 2021, produk Domestik bruto Venezuela turun hingga 80 persen, sebagian karena harga minyak yang rendah dan sanksi AS yang keras.

Perusahaan-perusahaan Eropa seperti Eni, Repsol, dan Shell - yang juga beroperasi di Venezuela - tidak tercakup dalam tindakan Trump tersebut. [ns/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG