Tautan-tautan Akses

Trump Bela Pengampunan, Pecat Pejabat Politik, Ungkap Investasi Infrastruktur


Presiden Donald Trump menandatangani pengampundan untuk para pelaku penyerangan Gedung Capitol pada 2021, di Ruang Oval Gedung Putih, pada Hari Pelantikan, Senin, 20 Januari 2025. (Foto: Carlos Barria/Reuters)
Presiden Donald Trump menandatangani pengampundan untuk para pelaku penyerangan Gedung Capitol pada 2021, di Ruang Oval Gedung Putih, pada Hari Pelantikan, Senin, 20 Januari 2025. (Foto: Carlos Barria/Reuters)

Trump memanfaatkan jam-jam pertama pada masa jabatan keduanya untuk menghapus catatan pidana lebih dari 200 orang yang mengaku bersalah menyerang polisi selama pengepungan Gedung Capitol pada 6 Januari 2021.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari pertama masa jabatannya, Selasa (21/1), membela keputusannya untuk memberikan pengampunan kepada orang-orang yang dihukum karena menyerang polisi dalam serangan pada 2021 di Gedung Capitol.

Bahkan, ia menyarankan agar ada tempat dalam politik bagi Proud Boys dan Oath Keepers, kelompok ekstremis yang para pemimpinnya dihukum atas tuduhan konspirasi hasutan melawan Amerika Serikat.

Trump memanfaatkan jam-jam pertama pada masa jabatan keduanya untuk menghapus catatan pidana lebih dari 200 orang yang mengaku bersalah menyerang polisi selama pengepungan Gedung Capitol pada 6 Januari 2021. Dia juga membebaskan mereka yang dihukum penjara karena mencoba menggulingkan pemerintah. Pada saat yang sama, dia juga memberikan penangguhan hukuman kepada lebih dari 1.500 orang yang didakwa dalam pemberontakan yang dipicu setelah ia menolak menerima kekalahannya dalam pemilihan presiden 2020. Setidaknya 140 polisi terluka — banyak yang dipukuli, berlumuran darah, dan terinjak-injak oleh kerumunan.

Ketika ditanya tentang keputusannya untuk membebaskan dari penjara orang-orang yang terekam kamera menyerang petugas polisi Capitol dengan kejam, Trump menyatakan, "Saya sahabat polisi, lebih dari presiden mana pun yang pernah menjabat."

Trump berbicara kepada wartawan di Gedung Putih saat ia menyoroti investasi dalam infrastruktur kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

"Kami kembali," katanya. "Saya pikir kami akan melakukan hal-hal yang akan mengejutkan orang."

Dia juga ditanya tentang kekayaan bersih pribadinya yang diuntungkan dari peluncuran token mata uang kripto baru sehari sebelum ia dilantik dan apakah ia akan terus menjual produk untuk menguntungkan dirinya sendiri saat menjabat.

"Saya tidak tahu banyak tentang itu selain meluncurkannya," katanya. "Saya dengar itu sangat sukses. Saya belum memeriksanya. Di mana sekarang?"

Ketika ditanya tentang Proud Boys dan Oath Keepers dan apakah mereka punya tempat di politik, Trump berkata, "Kita lihat saja nanti. Mereka sudah diberi pengampunan. Menurut saya hukuman mereka konyol dan berlebihan."

Edward "Jake" Lang, salah satu pelaku penyerangan Gedung Capitol pada 2021 yang dibebaskan setelah mendapat pengampunan dari Presiden AS Donald Trump, di Washington, Selasa, 21 Januari 2025. (Foto: Jon Cherry/Reuters)
Edward "Jake" Lang, salah satu pelaku penyerangan Gedung Capitol pada 2021 yang dibebaskan setelah mendapat pengampunan dari Presiden AS Donald Trump, di Washington, Selasa, 21 Januari 2025. (Foto: Jon Cherry/Reuters)

Trump mengawali hari pertamanya kembali menjabat dengan mengatakan bahwa ia akan memecat lebih dari 1.000 orang yang ditunjuk presiden "yang tidak sejalan dengan visi kami," termasuk beberapa nama besar.

Trump memecat koki dan pekerja kemanusiaan José Andrés dari Dewan Olahraga, Kebugaran, dan Gizi Presiden; Jenderal purnawirawan Mark Milley dari Dewan Penasihat Infrastruktur Nasional; mantan pejabat Departemen Luar Negeri Brian Hook dari dewan Wilson Center, dan mantan Wali Kota Atlanta Keisha Lance Bottoms dari Dewan Ekspor Presiden.

Andrés maupun Bottoms mengatakan di media sosial bahwa mereka telah mengundurkan diri.

Pada hari-hari pertamanya menjabat, Presiden Joe Biden ketika itu juga memberhentikan banyak orang yang ditunjuk Trump.

Tiga pemimpin bisnis utama — CEO SoftBank Group Masayoshi Son, CEO OpenAI Sam Altman, dan Pemimpin Oracle Corp. Larry Ellison — bergabung dengan Trump pada Selasa (21/1) sore untuk mengumumkan pembentukan perusahaan baru bernama Stargate, yang akan menginvestasikan hingga $500 miliar selama empat tahun ke depan dalam infrastruktur AI, menurut Gedung Putih.

Presiden AS Donald Trump didampingi CEO SoftBank Group Masayoshi Son (kedua dari kanan), Kepala Eksekutif Oracle Larry Ellison dan CEO OpenAI Sam Altman, di Gedung Putih, Washington, Selasa, 21 Januari 2025. (Foto: Jim Watson/AFP)
Presiden AS Donald Trump didampingi CEO SoftBank Group Masayoshi Son (kedua dari kanan), Kepala Eksekutif Oracle Larry Ellison dan CEO OpenAI Sam Altman, di Gedung Putih, Washington, Selasa, 21 Januari 2025. (Foto: Jim Watson/AFP)

Rencana awal untuk Stargate, yang mulai dibangun di Texas, sudah ada sejak masa Biden menjabat. Media berita teknologi The Information memberitakan proyek tersebut pada Maret 2024.

Trump juga menghadiri kebaktian nasional Selasa pagi di Katedral Nasional Washington, kunjungan rutin bagi presiden baru yang merupakan kegiatan untuk mengakhiri empat hari acara terkait pelantikan.

Salah satu pembicara dalam kebaktian lintas agama tersebut, Pendeta Mariann Budde, uskup Episkopal Washington, menggunakan khotbahnya untuk menyampaikan pesan kepada Trump, mendesak belas kasihan bagi orang-orang LGBTQ+ dan pekerja migran tidak berdokumen.

"Anda telah merasakan tangan Tuhan yang penuh kasih. Atas nama Tuhan kita, saya meminta Anda untuk berbelas kasih pada orang-orang di negara kita yang sekarang ketakutan," kata Budde, yang sebelumnya pernah mengkritik Trump.

Hubungan AS-Indonesia di Bawah Prabowo dan Trump
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:48 0:00

Ketika ditanya oleh seorang reporter tentang pendapatnya tentang layanan tersebut, Trump berkata: "Tidak terlalu menarik. Saya pikir ini bukan kebaktian yang baik. Mereka bisa melakukan yang lebih baik."

Kemudian pada hari itu, presiden bertemu dengan Ketua DPR Mike Johnson dan Pemimpin fraksi mayoritas di Senat John Thune serta legislator lainnya dari Partai Republik.

Persamuan itu adalah pertemuan resmi pertama bagi tim pemimpin dari Partai Republik, yang mencakup pemimpin fraksi mayoritas di DPR Steve Scalise, petinggi Partai Republik di Senat John Barrasso, dan presiden baru, saat mereka memetakan prioritas untuk menggunakan kekuatan Partai Republik di Washington.

Meskipun memiliki agenda 100 hari yang ambisius, Kongres yang dipimpin partai Republik tidak sependapat dalam beberapa ide dan strategi saat mereka berupaya memberikan pemotongan pajak bagi orang kaya, deportasi massal, dan target-target lain untuk Trump. [uh/ft]

Forum

XS
SM
MD
LG