Indonesia gelar World Peace Forum ke 7, yang berlangsung di Jakarta 14-16 Agustus 2018. 100 tokoh dunia dari berbagai kalangan seperti, tokoh agama, intelektual, dan penentu kebijakan hadir untuk mencari “jalan tengah” sebagai solusi untuk menciptakan perdamaian dunia.
Utusan Khusus Presiden Jokowi untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin, mengatakan pada saat ini dunia dilanda gangguan besar akibat dari sistem dunia yang ekstrem di berbagai lini kehidupan, seperti perekonomian, politik dan budaya.
Oleh karena itu, dengan tema “Middle Path for The World Civilization”, diperlukan pemahaman bersama untuk memberantas hal tersebut, sehingga bisa terjadi keseimbangan di dalam kehidupan di dunia ini. Menurut Din, salah satu contoh jalan tengah itu adalah keseimbangan, keadilan, kesejahteraan bersama, seperti yang diajukan Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, konsep “jalan tengah” bisa diangkat dari khazanah budaya Indonesia maupun agama.
“Kita cenderung mencari jalan keluar, duduk bersama menyelesaikan masalah, sehingga terkenal dengan gotong royong. Tapi juga bangsa ini memiliki agama masing-masing yang sejatinya berada pada jalan tengah,” papar Din.
“Islam jelas dengan konsep Wasatiyah, Kristen, Hindu, Budha juga punya ajarannya masing-masing. Nah, ini ingin kita angkat untuk jadi solusi atas krisis peradaban selama ini,” kata Din menambahkan.
“Nantinya terserah kepada forum. Kalau mereka melihat ini sebagai sebuah solusi, bisa jadi akan kita arus utamakan, dapat jadi putusan PBB, sehingga sistem dunia yang rusak dan menciptakan kerusakan ini bisa kita perbaiki.”
Din menjelaskan selama ini ekstremisme dan radikalisme sering dikaitkan dengan agama. Padahal, itu terjadi di berbagai sektor. Maka, jangan sampai semua pihak terjebak kedalam hal tersebut.
“Sistem dunia yang saya katakan tadi itu berimbas pada ekstremisme. Tidak hanya berdasarkan agama. Orang tidak pernah melihat kekuasaan pemodal sebagai bentuk ekstremisme. Kita sering lihat radikal, ekstrimisme pemeluk agama dan dikerucutkan agama tertentu. Salah, pandangan itu. Ekstremisme dan radikalisme ini ada di banyak hal.”
Selain itu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi yang hadir mewakili Presiden Joko Widodo dalam World Peace Forum ini memandang, pentingnya peran keluarga terutama ibu untuk mengimplementasikan “jalan tengah” ini.
Menurutnya, seorang ibu adalah garda terdepan keluarga yang dapat menularkan esensi atau nilai-nilai kehidupan yang baik sejak dini, sehingga pesan ini nantinya dapat tersebar dan tercerna dengan baik, khususnya di dalam keluarga.
“Dan terakhir saya sampaikan jangan lupa terhadap peran keluarga dan peran perempuan di dalam mengarusutamakan nilai-nilai wasatiyah islam. Karena sekali lagi ibu adalah orang pertama yang menyuntikkan nilai-nilai kehidupan kepada anak-anaknya,” kata Menteri Retno.
“Oleh karena itu jangan pernah lupa di dalam upaya kita ini peran keluarga dan peran perempuan sangat penting artinya,” ujarnya.
Adapun tokoh-tokoh dunia yang hadir dalam World Peace Forum ke-7 ini antara lain Tan Sri Lee Kim Yew yang merupakan pendiri Cheng-Ho Multi Culture Education Trust, Presiden Federasi Serikat Micronesia Peter M Christian, Dr Mari Alkatiri, mantan Perdana Menteri Timor Leste dan tokoh-tokoh lainnya. [gi/ii]