Sekretaris II Dewan Adat Papua, John NR Gobai mengatakan pemerintah seharusnya menggunakan kearifan lokal dalam menangani wabah corona di Papua. Kearifan lokal seperti doa dan ritual adat, hingga pengobatan alternatif dengan tanaman obat yang biasa digunakan oleh masyarakat adat Papua, dinilai mampu membantu pemerintah dalam penanganan virus corona.
"Kalau kita bicara kearifan lokal hanya omongan-omongan saja saya kira tidak tepat. Kita bicara adat sosial budaya maka kearifan lokal, kebiasaannya harus muncul di dalam kebijakan penanganan virus corona," kata John Gobai dalam diskusi daring Tantangan Multidimensional Penanganan Covid-19 di Tanah Papua, Kamis (11/6).
Namun, sejauh ini masyarakat adat masih belum dilibatkan oleh pemerintah dalam menjalankan kebijakan terkait dengan penanganan virus corona di Papua. Padahal menurut John Gobai, masyarakat adat Papua di beberapa tempat telah berinisiatif mencegah dan mengatasi perebakan virus corona melalui kearifan lokal seperti doa dan ritual adat yang dilakukan di Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Jayapura, dan Kota Jayapura.
"Ini kearifan lokal penting harus juga diposisikan yang tepat dalam melakukan penanganan virus corona," ujarnya.
Dewan Adat Papua juga menyerukan dibangunnya tempat pengobatan alternatif di setiap rumah sakit di Papua. Kata John Gobai, selama belum ada vaksin untuk corona, maka pengobatan alternatif yang didukung penelitian dari perguruan tinggi, dapat menjadi rujukan.
"Di setiap rumah sakit perlu ada ruang dan tenaga untuk pengobatan alternatif serta pelayanan penguatan iman bagi pasien virus corona," tuturnya.
Dewan Adat Papua juga mendorong terus agar pasien corona ditangani oleh para tabib, ustaz, pastor, dan pendeta, untuk memberikan penguatan-penguatan iman serta mendoakan penyembuhan bagi orang yang terpapar.
"Saya mau tanya, kalau vaksin virus corona tidak ada tapi pasien bisa sembuh. Pertanyaannya dia sembuh karena apa? Ini keajaiban Tuhan. Imunnya kuat dia diberikan vitamin tapi kalau dia didoakan oleh orang-orang yang memiliki karunia dari Tuhan saya kira orang bisa sembuh," ungkap John Gobai.
Perlu Aturan untuk Mengendalikan Pergerakan Warga Lokal
Selain itu, dalam melakukan penanganan dan pencegahan virus corona juga diperlukan sebuah aturan tentang pengendalian penduduk di Papua.
"Kami di Papua aman kok. Oleh karena itu orang ke Papua harus jelas tujuannya apalagi mau ke daerah pegunungan, dan pesisir yang tidak terkontaminasi penyakit. Ini penting dan harus menjadi perhatian kita. Setengah daerah Papua masih aman," ucap John Gobai.
Sementara itu, salah satu tokoh adat Papua, Yanto Eluay mengatakan orang asli Papua menilai bahwa virus corona tak perlu menjadi perhatian khusus. Hal tersebut bisa dilihat dari masih banyaknya masyarakat adat yang tetap melakukan kegiatan sosial di tengah pandemi corona.
"Banyak orang Papua belum merasa ini suatu ancaman yang berarti. Kami sudah terbiasa dengan menyembuhkan penyakit tanpa harus ke tempat pelayanan kesehatan. Orang Papua sudah terbiasa dengan pilek dan batuk sejak kecil dan tanpa ke rumah sakit akan sembuh sendiri," kata Yanto yang juga menjadi narasumber dalam diskusi tersebut.
Seperti dikutip dari laman resmi Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 hingga Kamis (11/6) sore, kasus positif corona di Papua mencapai 1156 orang. Sedangkan kasus positif corona di Papua Barat sudah mencapai 195 orang. Untuk diketahui, kasus positif corona di Bumi Cenderawasih didominasi oleh orang non-Papua. [aa/em]