Tautan-tautan Akses

Tim Penyelam Kesulitan Cari Badan Pesawat dan Korban Lion Air JT610


Salah satu kapal patroli Kepolisian yang melakukan penyisiran (sweeping) di sekitar titik jatuhnya pesawat Lion Air JT 610, di Perairan Tanjung Karawang, Jumat, 2 November 2018. (Foto: VOA/Ghita)
Salah satu kapal patroli Kepolisian yang melakukan penyisiran (sweeping) di sekitar titik jatuhnya pesawat Lion Air JT 610, di Perairan Tanjung Karawang, Jumat, 2 November 2018. (Foto: VOA/Ghita)

Hari kelima pencarian badan pesawat dan korban Lion Air JT 610 rute Cengkareng-Pangkal Pinang yang jatuh Senin (29/10) di perairan Tanjung Karawang, Bekasi, Jawa Barat terus dilakukan. Para penyelam yang melakukan pencarian terkendala oleh kuatnya arus laut.

Pada hari kelima pencarian pesawat Lion Air JT610 jurusan Cengkareng-Pangkal Pinang, penyelam menemukan bangku, sabuk pengaman, baju dan juga Al-Quran.

Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto mengatakan hasil penemuan tersebut diserahkan oleh pihak kepolisian kepada pihak Basarnas, untuk kemudian dikumpulkan di posko utama, Tanjung Priok.

"Jadi hari ini melanjutkan pencairan baik melalui permukaan atau sweeping maupun penyelaman. Khusus hari ini, tim penyelam dan tim sweeping di permukaan menemukan barang yang diduga pesawat dari JT 610, antara lain jok atau seat, tempat duduk, kemudian juga seat belt, dari yang mungkin terhempas. Barang ini akan kita serahkan ke Basarnas yang akan kita kumpulkan menjadi satu di posko Tanjung Priok. Hari ini juga dilakukan penyelaman, ada 18 penyelam yang tentu bergantian dan selalu melaporkan kepada Basarnas apabila ada temuan-temuan barang yang diduga bagian daripada Lion Air itu," jelas Irjen Pol Agung Budi Maryoto.

Hal itu disampaikan oleh Agung usai melakukan penyisiran dan bergabung dengan Kapal Parikesit milik Mabes Polri, Jumat (2/11).

Irjen Agung menjelaskan bahwa penyelam yang melakukan pencarian pun, dibatasi hanya melakukan penyelaman sampai pukul 17.00 WIB, untuk alasan keselamatan. Sementara pihak kepolisian masih melakukan patroli di sekitar jatuhnya pesawat selama 24 jam, untuk berjaga-jaga kalau ada benda atau jenazah korban yang muncul ke permukaan untuk bisa langsung segera dievakuasi.

Pihak kepolisian sendiri mengerahkan 18 kapal dengan berbagai tipe untuk membantu proses evakuasi dan pencarian tersebut.

Sementara itu, salah satu penyelam AKP Ibrahim Sajak mengatakan kendala utama saat melakukan penyelaman adalah kuatnya arus laut. Ibrahim mengatakan dengan kuatnya arus laut tersebut, dirinya dan penyelam lain bisa terbawa arus hingga jarak lima meter dari titik koordinat pencarian yang ditentukan oleh Basarnas.

"Kendalanya terbawa arus. Ketebalan lumpur kami menyelam sampai 35 meter itu tebalnya 2 meter. Untuk jarak pandang masih bisa dilihat. kendalanya arusnya saja. Dua meter, tiga meter masih kelihatan," kata Ibrahim.

Ibrahim menjelaskan, setiap hari selama operasi pencarian dan evakuasi, masing-masing petugas, menyelam maksimal 3-4 kali. Penyelam pun diberi waktu untuk menyelam paling lama 15 menit. Lebih dari itu, akan berisiko pada keselamatan jiwa penyelam.

Selain itu, kata Ibrahim, sekali menyelam dirinya juga didampingi oleh tiga penyelam lain. Dan jumlah tim penyelam gabungan dari polisi air, Brimob dan Polda Metro dan juga dari Korps Brimob sekitar 18 penyelam yang disebar di berbagai titik yang telah ditentukan oleh Basarnas.

Dalam kesempatan yang sama kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasteyo mengatakan hasil pencarian hari ini jauh lebih sedikit dibandingkan kemarin. Selain arus bawah dan arus atas yang cukup kuat, cuaca juga tidak secerah kemarin.

Penyelam Ibrahim Sajak (tengah) bersama Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasteyo (kanan), memberikan keterangan kepada rekan wartawan, usai melakukan penyisiran dan bergabung dengan Kapal Parikesit milik Mabes Polri, Jumat, 2 November 2018. (Foto: VOA/Ghita)
Penyelam Ibrahim Sajak (tengah) bersama Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasteyo (kanan), memberikan keterangan kepada rekan wartawan, usai melakukan penyisiran dan bergabung dengan Kapal Parikesit milik Mabes Polri, Jumat, 2 November 2018. (Foto: VOA/Ghita)

Selain itu, Dedi menjelaskan bahwa bagian badan pesawat sudah terdeteksi. Namun dikarenakan arus yang kuat, maka proses pengangkatan badan pesawat pun belum bisa dilakukan. Selain itu pihaknya masih menunggu kapal dari Kementerian ESDM dan PT Pertamina untuk membantu proses pengangkatan badan pesawat tersebut.

"Badan pesawat sudah terdeteksi, sudah kelihatan. Kendalanya arus, sama menunggu peralatan dari Kementerian ESDM, dan Pertamina yaitu crane untuk mengangkut yang kapasitasnya lebih dari 100 ton," jelas Dedi.

Ketika ditanyakan lebih jauh kapan waktu pasti untuk bisa dilakukan evakuasi badan pesawat tersebut, Dedi tidak bisa memastikan karena masih menunggu peralatan dan instruksi dari berbagai pihak seperti Basarnas.

"Masih menunggu, kapalnya belum ada. Nanti kalau kapalnya sudah datang, baru nanti perintah Kabasarnas, cek ulang kembali, analisa kembali lokasinya. Kalau sudah fix, penyelam turun, masang tali-tali untuk ngangkat, baru bisa diangkat," imbuhnya. [gi/lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG