Hanya nyamuk betina yang menularkan malaria ke manusia dan merupakan vektor utama penyakit tersebut.
Tetapi, Richard Baxter dan timnya berfokus pada nyamuk jantan. Guru besar kimia Universitas Yale itu mengumumkan kemajuan dalam penelitiannya pada pertemuan American Chemical Society di Philadelphia beberapa waktu lalu.
Ia memaparkan, “Apa yang saya sampaikan hari ini adalah laboratorium saya telah menandai dua protein yang penting bagi fertilitas nyamuk-nyamuk penular malaria.”
Dua protein itu berfungsi untuk mendorong pembentukan lendir pelapis sperma yang dikeluarkan nyamuk jantan setelah kawin, yang memastikan keberhasilan perkembangbiakkannya.
Pemahaman lebih baik mengenai proses itu membuat para ilmuwan meneliti senyawa-senyawa kimia yang akan menghalangi pembentukan lendir pelapis tersebut.
Lebih lanjut, Baxter mengatakan, “Ini merupakan metode klasik pengendalian serangga di mana kita sengaja mengembangbiakkan lalu menyebarkan sejumlah serangga jantan steril untuk bercampur dengan serangga jantan liar untuk mendapat pasangan di alam bebas. Ini akan menekan populasinya.”
Teknik serangga steril telah berhasil diterapkan di Afrika terhadap lalat tsetse yang menularkan penyakit tidur, dan di Amerika Serikat untuk mengendalikan lalat screwworm, yang pernah menyebabkan kerugian jutaan dolar dalam industri peternakan dan kini sudah dibasmi.
Meskipun kematian akibat malaria telah berkurang berkat penggunaan obat nyamuk di dalam rumah dan kelambu khusus, nyamuk-nyamuk semakin kebal terhadap insektisida dan beradaptasi dengan langkah-langkah pengendalian di dalam rumah dengan menggigit orang-orang di luar rumah pada siang hari.
Baxter mengatakan lagi, “Menarget lendir pelapis untuk digunakan dalam teknik serangga steril merupakan perangkat yang kami harap dapat diujicoba dalam waktu dekat. Jadi, jika kita dapat benar-benar menekan vektor, menekan nyamuknya, kita akan dapat mencegah penularan penyakit, dan kemudian pada akhirnya jika kita dapat mencegah penularan selama beberapa musim, kita akan membasmi parasit yang menyebabkan penyakit malaria tanpa membasmi nyamuknya.”
Selama beberapa bulan mendatang, Baxter akan mengujicoba berbagai bahan kimia untuk mengetahui mana yang dapat melumpuhkan protein, agar perkembangbiakan serangga itu gagal.
Setelah diberi pakan senyawa penghambat, nyamuk jantan yang telah dimodifikasi akan dilepas untuk kawin dengan nyamuk liar betina. Tanpa ada keturunan yang dihasilkan, populasi akan berkurang tanpa menggunakan pestisida.
Tetapi, Richard Baxter dan timnya berfokus pada nyamuk jantan. Guru besar kimia Universitas Yale itu mengumumkan kemajuan dalam penelitiannya pada pertemuan American Chemical Society di Philadelphia beberapa waktu lalu.
Ia memaparkan, “Apa yang saya sampaikan hari ini adalah laboratorium saya telah menandai dua protein yang penting bagi fertilitas nyamuk-nyamuk penular malaria.”
Dua protein itu berfungsi untuk mendorong pembentukan lendir pelapis sperma yang dikeluarkan nyamuk jantan setelah kawin, yang memastikan keberhasilan perkembangbiakkannya.
Pemahaman lebih baik mengenai proses itu membuat para ilmuwan meneliti senyawa-senyawa kimia yang akan menghalangi pembentukan lendir pelapis tersebut.
Lebih lanjut, Baxter mengatakan, “Ini merupakan metode klasik pengendalian serangga di mana kita sengaja mengembangbiakkan lalu menyebarkan sejumlah serangga jantan steril untuk bercampur dengan serangga jantan liar untuk mendapat pasangan di alam bebas. Ini akan menekan populasinya.”
Teknik serangga steril telah berhasil diterapkan di Afrika terhadap lalat tsetse yang menularkan penyakit tidur, dan di Amerika Serikat untuk mengendalikan lalat screwworm, yang pernah menyebabkan kerugian jutaan dolar dalam industri peternakan dan kini sudah dibasmi.
Meskipun kematian akibat malaria telah berkurang berkat penggunaan obat nyamuk di dalam rumah dan kelambu khusus, nyamuk-nyamuk semakin kebal terhadap insektisida dan beradaptasi dengan langkah-langkah pengendalian di dalam rumah dengan menggigit orang-orang di luar rumah pada siang hari.
Baxter mengatakan lagi, “Menarget lendir pelapis untuk digunakan dalam teknik serangga steril merupakan perangkat yang kami harap dapat diujicoba dalam waktu dekat. Jadi, jika kita dapat benar-benar menekan vektor, menekan nyamuknya, kita akan dapat mencegah penularan penyakit, dan kemudian pada akhirnya jika kita dapat mencegah penularan selama beberapa musim, kita akan membasmi parasit yang menyebabkan penyakit malaria tanpa membasmi nyamuknya.”
Selama beberapa bulan mendatang, Baxter akan mengujicoba berbagai bahan kimia untuk mengetahui mana yang dapat melumpuhkan protein, agar perkembangbiakan serangga itu gagal.
Setelah diberi pakan senyawa penghambat, nyamuk jantan yang telah dimodifikasi akan dilepas untuk kawin dengan nyamuk liar betina. Tanpa ada keturunan yang dihasilkan, populasi akan berkurang tanpa menggunakan pestisida.