Tautan-tautan Akses

Tim Arkeologi Amerika Terus Gali Misteri-misteri Mesir Kuno


Seorang arkeolog mengawasi pemindahan mumi Raja Tut dari sarkofagusnya di Luxor (foto: dok). Kekayaan arkeologi Mesir terus menarik para pakar dari seluruh dunia untuk mempelajarinya.
Seorang arkeolog mengawasi pemindahan mumi Raja Tut dari sarkofagusnya di Luxor (foto: dok). Kekayaan arkeologi Mesir terus menarik para pakar dari seluruh dunia untuk mempelajarinya.

Para pakar arkeologi Amerika melakukan penggalian di Abydos, Mesir Selatan guna menyingkap rahasia-rahasia dari ribuan tahun lalu.

Laurel Bestock adalah guru besar di Brown University di Rhode Island. Ia memimpin lima mahasiswa program pasca-sarjana dalam penggalian baru-baru ini di Abydos, Mesir Selatan. Mereka bekerja di sana dalam program bersama Yale University, University of Pennsylvania dan New York University.

Kelompok tersebut meninggalkan Mesir lima hari sebelum protes anti-pemerintah dimulai. Profesor Bestock mengatakan kepulangan mereka ke Amerika tidak ada hubungannya dengan penggulingan Presiden Mubarak.

Abydos adalah salah satu kota kuno paling penting di Mesir Hulu. Para arkeolog telah bekerja di sana lebih dari seabad. Tetapi, daerah itu terus mengungkapkan rahasia-rahasia dari ribuan tahun lalu.

Kelompok Brown University berencana untuk mengunjungi Mesir di bulan Desember. Profesor Bestock mengatakan, “Tak ada alasan untuk percaya bahwa kami tidak akan kembali.”

Arkeolog Suzanne Onstine memulai tugasnya di Mesir pada bulan Januari. Ia bekerja dengan dua mahasiswa pasca-sarjana dari Universitas Memphis di Tennessee. Ketiga orang itu terus bekerja di tengah-tengah protes anti-Mubarak hingga pengunduran dirinya. Mereka saat ini bekerja pada penggalian di Makam Theban 16, yang terletak di tepi barat Sungai Nil, seberang Luxor. Ini adalah tempat makam seorang pejabat penting.

Beberapa panduan wisata menjelaskan Luxor sebagai “museum terbuka terbesar di dunia.” Kawasan itu mencakup dan mengelilingi kota Thebes yang dulu ada di sana. Luxor berjarak 644 kilometer dari Kairo Selatan.

Jay Van Rensselaer juga berada di Luxor ketika aksi protes dimulai. Van Rensselaer bekerja sebagai fotografer, yang mengambil gambar-gambar artefak untuk Universitas Johns Hopkins di Maryland. Ia bersama beberapa mahasiswa Johns Hopkins dan pemimpin kelompok Betsy Bryan ketika protes berlangsung. Mereka bekerja di kawasan Kuil Mut.

Fotografer tersebut meninggalkan lokasi penggalian 28 Januari menuju Kairo, dan berhasil mendapatkan penerbangan ke Amerika. Beberapa orang lainnya masih tinggal di Luxor untuk beberapa hari dan kemudian kembali ke Maryland.

Van Ransselaer sangat yakin akan masa depan arkeologi di sana. Ia yakin pemerintahan baru akan menyambut tim-tim penelitian asing.

XS
SM
MD
LG