Taliban merebut tiga ibu kota provinsi lagi di Afghanistan, kata para pejabat Rabu (11/8), sehingga menempatkan sembilan dari 34 di antaranya di tangan kelompok pemberontak itu menyusul penarikan pasukan AS dari negara tersebut.
Jatuhnya ibu kota provinsi Badakhshan dan provinsi Baghlan di timur laut, dan ibu kota provinsi Farah di barat, menambah tekanan pada pemerintah pusat negara itu untuk membendung gelombang kemajuan Taliban.
Sementara Kabul sendiri tidak secara langsung diancam sebelumnya, serangan Taliban yang berlanjut membuat pasukan keamanan Afghanistan, yang sekarang sebagian besar berperang melawan pemberontak sendirian, semakin kewalahan.
Pemerintah dan militer Afghanistan belum menjawab permintaan Associated Presss untuk memberikan komentar atas perkembangan baru ini.
Humayoon Shahidzada, seorang anggota parlemen dari Farah, mengkonfirmasi kepada Associated Press bahwa ibu kota provinsinya jatuh. Hujatullah Kheradmand, seorang anggota parlemen dari Badakhshan, mengatakan bahwa Taliban telah merebut ibu kota provinsinya. Seorang pejabat Afghanistan, yang berbicara dengan syarat namanya dirahasiakan, mengatakan ibu kota Baghlan juga jatuh.
Para pemberontak sebelumnya merebut enam ibu kota provinsi lainnya di negara itu dalam waktu kurang dari sepekan, termasuk Kunduz di provinsi Kunduz, salah satu kota terbesar di negara itu.
Setelah 20 tahun misi militer Barat dan miliaran dolar dihabiskan untuk pelatihan dan menopang pasukan Afghanistan, banyak yang berselisih pendapat sewaktu menjelaskan mengapa pasukan reguler mudah dikalahkan Taliban dan ratusan anggotanya sering melarikan diri dari pertempuran.
Kini, pertempuran yang berlangsung di Afghanistan sebagian besar ditangani kelompok-kelompok kecil pasukan elit dan angkatan udara Afghanistan.
Keberhasilan serangan Taliban semakin meningkatkan pentingnya usaha untuk memulai kembali pembicaraan yang telah lama terhenti di Qatar yang dapat mengakhiri pertempuran dan menggerakkan Afghanistan menuju pemerintahan sementara yang inklusif. Kelompok pemberontak tersebut sejauh ini menolak untuk kembali ke meja perundingan.
Utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad, Selasa (10/8), mengeluarkan peringatan kepada Taliban bahwa setiap pemerintah yang meraih kekuasaan melalui kekerasan di Afghanistan tidak akan diakui secara internasional.
Puluhan ribu orang telah meninggalkan rumah-rumah mereka di wilayah utara negara itu untuk menghindari pertempuran yang telah meluas ke kota-kota dan desa-desa mereka. Banyak keluarga mengungsi ke ibu kota, Kabul, dan memilih tinggal di taman-taman dan jalan-jalan dengan sedikit persediaan makanan dan air. [ab/lt]