Tautan-tautan Akses

“The Tinder Swindler” Ungkap Kejahatan di Balik Aplikasi Kencan


Aplikasi kencan Tinder (ilustrasi).
Aplikasi kencan Tinder (ilustrasi).

Sejumlah perempuan yang ditipu lewat aplikasi kencan mengungkapkan kejahatan nyata yang mereka alami lewat film dokumenter “The Tinder Swindler” yang dirilis dua minggu sebelum Hari Valentine.

Satu kencan mengubah kehidupan Cecilie Fjellhøy selamanya. Lulusan Norwegia ini bertemu dengan seorang laki-laki di aplikasi kencan Tinder pada tahun 2018. Laki-laki yang mengidentifikasi dirinya sebagai Simon Leviev ini menunjukkan profil kehidupan yang mewah, tampil dengan busana disainer terkenal, jet pribadi dan mobil mahal. Leviev menyebut dirinya sebagai miliarder playboy, putra seorang raja berlian.

Ketika Fjellhøy bertemu dengan Leviev untuk kencan sambil minum kopi, gambaran yang ada di aplikasi Tinder itu seakan-akan terbukti benar. Fjellhøy bahkan ikut naik jet pribadi ketika memulai hubungan dengan “sang pangeran berlian,” citra yang ditampilkan Leviev.

Ketika Fjellhøy mengira telah bertemu dengan laki-laki impiannya, Leviev sesungguhnya ada seorang penipu Israel. Seorang laki-laki yang sesungguhnya bernama Yehuda Hayut dan kemudian berhasil menipunya hingga 250.000 dolar.

Tiga Perempuan Bicara

Fjellhøy adalah salah seorang dari tiga perempuan yang dihadirkan dalam film dokumenter baru besutan sutradara Felicity Morris, “The Tinder Swindler,” yang menceritakan kisah tipuan labirin Hayut dan membawa teknik menipu ini ke tingkat yang berbeda.

Selain berkencan dengan Fjellhøy, Leviev atau Hayut, juga berkencan dengan Pernilla Sjoholm dari Swedia dan Ayleen Charlotte dari Amsterdam. Ia menciptakan skema Ponzi dengan menggunakan uang seorang perempuan yang menjadi korbannya untuk berkencan dan menunjukkan hal-hal yang mengesankan, dan akhirnya menipu yang lain.

Begitu Fjellhøy mengetahui siapa sebenarnya Leviev, ia mendatangi surat kabar Norwegia “VG” untuk mengungkapkan beragam kejahatan dan melacak sasaran lain laki-laki Israel itu. Secara bersama-sama, perempuan-perempuan ini bekerja sama untuk membalas dendam dan menyeret Leviev ke muka hukum.

Sutradara Morris menjahit semua kisah para perempuan ini dan merangkai film dokumenter ini bagai sebuah thriller. “Sjoholm dan Fjellhøy adalan kontributor paling luar biasa yang dapat kami andalkan dalam film dokumenter ini. Film ini memiliki kisah yang luar biasa, tetapi hal ini tidak akan menjadi film tanpa dua perempuan luar biasa ini,” ujar Morris.

Ditambahkannya, “kami tahu bahwa kami ingin film ini dimulai dari pengalaman Fjellhøy supaya Anda dapat melihat dengan tepat, lewat matanya, bagaimana Leviev menipunya. Yang luar biasa juga adalah adanya estafet cerita dari Fjellhøy ke Sjoholm, dan kemudian ke Charlotte.”

Fjellhøy ingin ikut ambil bagian dalam film dokumenter itu untuk membantu banyak perempuan lain yang telah, atau mungkin masih dirugikan oleh tindakan-tindakan Leviev.

“Saya pikir ini bukan sesuatu yang ingin segera Anda angkat menjadi film ketika terjadi. Dan kita justru beruntung karena ada media atau media sosial yang dapat benar-benar kita gunakan untuk menunjukkan wajahnya dan menghentikan menipu lebih banyak orang,” ujarnya pada Associated Press.

Ditambahkanya, “saya tidak merasa malu karena saya tahu apa yang telah saya lalui itu mengerikan. Saya tidak ingin ini terjadi pada orang lain.”

Pelaku Dikenal Sebagai Manipulator Ulung

Menurut Sjoholm, Leviev adalah seorang menipulator ulung dan aktor yang luar biasa.“Ia dulunya adalah seorang sahabat baik. Ia selalu ada untuk mendukung kita. Kita bisa mengontaknya tentang apa saja. Ia tidak pernah menghakimi kita. Ia seperti orang yang benar-benar baik. Tapi selepas itu rasanya saya seperti berada di acara “Truman Show” di mana ia menjadi sosok yang benar-benar jahat!,” tambah Fjellhøy.

Sjoholm mengatakan Leviev tahu persis bahaya tindakan yang dilakukannya terhadap perempuan-perempuan ini. “Ia pasti tahu bahwa hal-hal seperti ini akan menghancurkan hidup Anda. Ia bisa mengancam saya dengan mengatakan 'jika hal ini tidak diselesaikan maka hidup saya akan hancur.' Atau memancing rasa iba dengan mengatakan ' Saya tidak tahu apa yang akan harus saya lakukan.' Ia benar-benar menjijikkan dan memillukan,” ujarnya.

Rencana Leviev mulai berantakan begitu perempuan-perempuan itu mengetahui hal yang sebenarnya, dan ia mulai menjadi kasar.

Sjoholm mengatakan “ia mengatakan pada saya bahwa ia telah membayar orang untuk membunuh saya, dan bayarannya murah karena saya tidak berharga. Tentu saja hal ini membuat saya ketakutan karena ia seorang manipulator ulung. Saya takut dibunuh. Ia sudah mengambil semua uang saya. Jadi saya meninggalkan negara saya. Hidup saya hancur.”

Setelah bankrut akibat Leviev, Fjellhøy kini mencoba membangun kembali hidupnya di London. Ia berteman baik dengan Sjoholm setelah berkolaborasi dalam film dokumenter “The Tinder Swindler” ini.

Jalani Hukuman

Leviev ditangkap tahun 2019 dan divonis penjara oleh pihak berwenang Israel selama 15 bulan karena pencurian dan penipuan. Tetapi ia dibebaskan setelah menjalani hukumannya selama lima bulan saja. Ia menolak ikut serta dalam pembuatan film dokumenter ini dan menyangkal semua klaim yang disampaikan perempuan-perempuan yang menjadi korbannya.

Film dokumenter “The Tinder Swindler” yang mulai diputar di Netflix pada 2 Februari 2022 telah mulai menuai reaksi. Cecilie Fjellhøy menulis di Instagramnya betapa ia lega akhirnya film ini dirilis. “Goodness always wins,” ujarnya.

Sementara Leviev kini diblokir dari berbagai aplikasi kencan terkenal di dunia. (em/jm)

XS
SM
MD
LG