Gempa kuat menewaskan sedikitnya tujuh orang, memicu tanah longsor dan mengguncang penduduk di sebuah kota besar yang sedang memberlakukan lockdown di China Barat Daya, Senin (5/9).
Gempa bermagnitudo 6,8 melanda daerah pegunungan di kabupaten Luding di Provinsi Sichuan tak lama setelah tengah hari, kata Pusat Jaringan Gempa China.
Sichuan, yang terletak di tepi Dataran Tinggi Tibet di mana lempeng-lempeng tektonik bertemu, sering dilanda gempa bumi. Dua gempa pada bulan Juni menewaskan sedikitnya empat orang.
Pihak berwenang melaporkan tujuh kematian, tanah longsor dan kerusakan rumah serta gangguan listrik. Sebuah insiden tanah longsor memblokir jalan raya pedesaan, kata Kementerian Penanggulangan Keadaan Darurat.
Gempa itu terasa 200 kilometer jauhnya di ibu kota provinsi itu, Chengdu, di mana wabah COVID-19 telah membatasi gerak sebagian besar dari 21 juta penduduknya di bawah kebijakan “nol-COVID'' China.
Seorang warga bernama Jiang Danli mengatakan kepada Associated Press, ia bersembunyi di bawah meja selama lima menit di apartemennya di lantai 31, sementara banyak tetangganya bergegas turun.
“Ada gempa kuat Juni lalu, tapi itu tidak terlalu menakutkan. Kali ini saya benar-benar takut, karena saya tinggal di lantai yang tinggi dan getarannya membuat saya pusing,'' katanya.
Gempa bumi dan lockdown terjadi setelah serangan gelombang panas dan kekeringan yang menyebabkan kekurangan air dan pemadaman listrik karena ketergantungan Sichuan pada pembangkir listrik tenaga air. Dua bulan terakhir di Chengdu “sangat aneh,” kata Jiang.
Survei Geologi AS mencatat gempa Senin itu bermagnitudo 6,6 di kedalaman yang relatif dangkal, yakni sekitar 10 kilometer. Pengukuran kekuatan gempa oleh lembaga yang berbeda sering kali menunjukkan hasil awal yang sedikit bervariasi.
Gempa paling mematikan di China dalam beberapa tahun terakhir terjadi pada 2008 di Sichuan. Gempa bermagnitudo 7,9 tersebut menewaskan hampir 90.000 orang. [ab/uh]
Forum