Tautan-tautan Akses

Tersinggung oleh AUKUS, Kanada dan Selandia Baru Berusaha untuk 'Move On'


Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern (kiri) berbicara dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dalam pertemuan antara kepala negara persemakmuran (commonwealth) di London, Inggris, pada 20 April 2018. (Foto: AFP/Andrew Matthews)
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern (kiri) berbicara dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dalam pertemuan antara kepala negara persemakmuran (commonwealth) di London, Inggris, pada 20 April 2018. (Foto: AFP/Andrew Matthews)

Sementara para pakar mencerna dampak dari pembentukan aliansi AUKUS yang muncul secara tiba-tiba, kekhawatiran awal bahwa kesepakatan tersebut dapat memperlemah salah satu pengaturan dalam berbagi informasi intelijen penting tampaknya kini mereda.

Sejak pengumuman pada 15 September lalu tentang kemitraan strategis yang mencakup Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia, perhatian internasional berpusat pada reaksi kemarahan China, yang menganggap pihaknya menjadi sasaran dari kelompok baru ini, dan juga Perancis, yang tidak hanya kehilangan transaksi pembelian kapal selam yang menguntungkan dengan Australia, tetapi juga menyaksikan bahwa rencana programnya di wilayah Indo-Pasifik telah pupus.

Tetapi pengumuman aliansi baru tersebut juga memicu kemarahan dua negara lainnya, yaitu Kanada dan Selandia Baru, yang bersama dengan ketiga mitra AUKUS bergabung dalam kelompok the Five Eyes atau Lima Mata, kelompok berbagi intelijen yang terdiri dari negara-negara yang berbahasa Inggris.

Selandia Baru melalui Perdana Menterinya Jacinda Ardern, yang mempunyai paham politik kiri, mengeluarkan pengumuman yang mengungkapkan kegusarannya atas aliansi baru tersebut. Ia juga mengatakan bahwa kapal-kapal selam Australia yang dibangun berdasarkan kesepakatan itu tidak akan diijinkan berlabuh di perairan Selandia Baru.

Sementara itu di Kanada, Perdana Menteri Justin Trudeau yang merasa dipermalukan, terpaksa harus menjelaskan kepada pengecamnya mengapa Kanada tidak diikut sertakan dalam kelompok itu beberapa hari sebelum pemilihan di negaranya, pada 20 September lalu.

Analis militer Kanada mengatakan, negara itu tidak diikut sertakan karena pada dasarnya tidak memiliki apaun untuk disumbangkan pada program kapal selam nuklir. Harian Kanada National Post melaporkan bahwa Trudeau berkomentar, tanpa disertai kutipan jelas, persetujuan itu tidak berdampak pada kemitraan yang terjalin dalam kelompok Five Eyes.

Pada pemilu lalu akhirnya Trudeau berhasil menang meskipun gagal memperbaiki kedudukan Partai Liberal yang dipimpinnya di Parlemen.

Meskipun majalah Kanada Esprit De Corps, yang berfokus pada isu-isu militer, masih menulis tentang “cemoohan terhadap Kanada” karena tidak diikutsertakan dalam aliansi AUKUS tersebut pada edisinya yang terbit minggu ini, analis lain sudah mulai melupakan isu itu.

Sebuah laporan yang diterbitkan pada Kamis (30/9) oleh Macdonald-Laurier Institute mengatakan bahwa Kanada dapat berfokus pada cara-cara lain untuk dapat berkontribusi pada kelompok Five Eyes.

Di Selandia Baru, keprihatinan tentang persetujuan AUKUS segera pudar di tengah-tengah kesadaran bahwa Selandia Baru sendiri menolak penggunaan kekuatan nuklir dalam armada militer. Hal ini tentu akan membuat negara itu tak cocok untuk masuk ke dalam aliansi baru tersebut. (jm/my)

XS
SM
MD
LG