Tautan-tautan Akses

Terorisme dan Keamanan Nasional, Isu Utama Kampanye Pemilu Presiden AS


Debat kandidat Capres AS 2016 dari Partai Demokrat, 19 Desember 2015 (Foto: dok). Dari kiri: Bernie Sanders, Hillary Clinton, dan Martin O’Malley.
Debat kandidat Capres AS 2016 dari Partai Demokrat, 19 Desember 2015 (Foto: dok). Dari kiri: Bernie Sanders, Hillary Clinton, dan Martin O’Malley.

Dalam debat terakhir Partai Demokrat, Bernie Sanders mengakui ancaman yang ditimbulkan ISIS, namun mengingatkan untuk tidak melakukan kekeliruan yang sama seperti pada masa lalu.

Jajak-jajak pendapat publik menunjukkan, para pemilih Amerika menganggap terorisme dan keamanan nasional sebagai isu paling utama dalam kampanye pemilu presiden 2016 menyusul serangan teroris baru-baru ini di Paris dan San Bernardino, California. Reporter VOA Jim Malone melaporkan mengenai bagaimana para pesaing dari kedua partai yang merebutkan kursi di Gedung Putih menyesuaikan diri dalam perubahan tema kampanye ini sementara persaingan semakin memanas.

Donald Trump masih menjadi tokoh dominan dalam persaingan memperebutkan posisi calon presiden dari Partai Republik, dan jajak-jajak pendapat baru menunjukkan para pemilih Partai Republik jauh lebih mengunggulkan Trump dibanding para pesaingnya.

“Ini bukan lagi pemilu soal menyenangkan para pemilih. Ini pemilu mengenai kompetensi, kepandaian dan ketegasan karena kalau bukan mengenai itu, negara ini tamat,” demikian ungkap Trump dalam pidatonya.

Pada debat terakhir Partai Republik, kandidat calon presiden Jeb Bush mempertanyakan apakah Trump siap memimpin.

“Jika saya presiden, saya akan menjadi pemimpin negara, bukan pemimpin agitasi atau pemimpin yang suka memecah belah. Saya akan memimpin negara dalam cara yang akan menciptakan keamanan dan keselamatan yang lebih baik," kata Jeb Bush.

Analis politik Stuart Rothenberg mengatakan, banyak pakar sebelumnya berpendapat bahwa fokus mengenai keamanan akan membantu kandidat seperti Bush membangun momentum bagi dirinya, namun kenyataannya tidak demikian.

“Krisis kebijakan luar negeri atau kondisi pertahanan dan keamanan nasional tadinya dikira akan membantu meningkatkan dukungan terhadap kandidat yang memiliki pengalaman dalam kebijakan luar negeri dan keamanan nasional. Kenyataannya, sejauh ini, malah membantu kandidat yang paling bombastis, yang dalam hal ini adalah Donald Trump,” jelas Stuart Rothenberg.

Fokus mengenai keamanan juga membantu kandidat calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton meningkatkan keunggulan atas saingannya Bernie Sanders.

Clinton ingin meningkatkan usaha militer dalam memerangi ISIS, dan mempertanyakan strategi yang diajukan sejumlah pesaingnya dari Partai Republik.

”Berjanji untuk membombardir habis-habisan tidak menjadikan Anda pemimpin yang kuat. Itu seolah menunjukkan Anda tidak memahami keadaan yang sesungguhnya," kata Clinton.

Dalam debat terakhir Partai Demokrat, Bernie Sanders mengakui ancaman yang ditimbulkan ISIS, namun mengingatkan untuk tidak melakukan kekeliruan yang sama seperti pada masa lalu.

“Amerika harus memimpin, namun Amerika bukan polisi dunia, dan Amerika tidak boleh terlibat dalam perang tak berkesudahan di Timur Tengah,” ujar Bernie Sanders.

Fokus terhadap terorisme dan keamanan dapat membantu Clinton dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat. Namun menurut pakar politik John Fortier dari Bipartisan Policy Center, Clinton perlu menjauhkan diri dari Presiden Barack Obama dalam pemilihan umum. Obama dinilai banyak pihak lemah dalam kebijakan luar negeri, khususnya terorisme. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG