Sejumlah besar tentara Lebanon dikerahkan untuk melindungi pusat-pusat pemerintahan di Beirut hari Minggu, setelah demonstran yang marah berupaya menyerbu kantor Perdana Menteri.
Ketika petang menjelang di ibukota Lebanon itu, demonstran mendirikan tenda-tenda di luar gedung dan berjanji untuk tetap tinggal di sana sampai Perdana Menteri Najib Mikati mundur.
Seorang demonstran mengatakan “mereka mengadakan aksi duduk sampai kabinet mundur karena pemerintah tidak mampu melindungi warganya atau melindungi mereka sewaktu mereka di jalan-jalan. Kini mereka tidak tahu apakah mereka akan kembali dengan selamat ke rumah-rumah mereka. Orang tua mereka melarang keluar dan mereka tidak percaya berada di negara di mana tidak ada keamanan”
Sebelumnya tentara Lebanon melepaskan tembakan dan gas air mata untuk memaksa mundur ratusan demonstran yang berhasil melewati rintangan polisi dan berupaya menyerbu ke gedung-gedung pemerintah.
Beberapa ratus demonstran berhasil mencapai radius 50 meter dari pintu masuk gedung pemerintah Lebanon sementara ribuan lagi dibelakang mereka. Tembakan tampaknya memaksa para demonstran itu mundur.
Bentrokan hari Minggu terjadi setelah pemakaman Brigjen Wissam al-Hassan, yang tewas bersama pengawalnya karena bom mobil hari Jumat.
Al-Hassan, yang berusia 47 tahun adalah penentang kuat Suriah di Lebanon. Ia dimakamkan di Lapangan Martir di pusat kota Beirut dekat mantan Perdana Menteri Rafik Hariri, politisi anti Suriah lainnya yang juga dibunuh dengan bom truk tahun 2005.
Al-Hassan termasuk diantara delapan orang yang tewas dalam serangan hari Jumat.
Para demonstran menuduh pembunuhan hari Jumat dilakukan oleh Suriah dan menganggap pemerintah di Beirut terlalu dekat dengan rejim di sana.
Lebanon selama sebagian besar 30 tahun terakhir berada di bawah dominasi militer dan politik Suriah.
Ketika petang menjelang di ibukota Lebanon itu, demonstran mendirikan tenda-tenda di luar gedung dan berjanji untuk tetap tinggal di sana sampai Perdana Menteri Najib Mikati mundur.
Seorang demonstran mengatakan “mereka mengadakan aksi duduk sampai kabinet mundur karena pemerintah tidak mampu melindungi warganya atau melindungi mereka sewaktu mereka di jalan-jalan. Kini mereka tidak tahu apakah mereka akan kembali dengan selamat ke rumah-rumah mereka. Orang tua mereka melarang keluar dan mereka tidak percaya berada di negara di mana tidak ada keamanan”
Sebelumnya tentara Lebanon melepaskan tembakan dan gas air mata untuk memaksa mundur ratusan demonstran yang berhasil melewati rintangan polisi dan berupaya menyerbu ke gedung-gedung pemerintah.
Beberapa ratus demonstran berhasil mencapai radius 50 meter dari pintu masuk gedung pemerintah Lebanon sementara ribuan lagi dibelakang mereka. Tembakan tampaknya memaksa para demonstran itu mundur.
Bentrokan hari Minggu terjadi setelah pemakaman Brigjen Wissam al-Hassan, yang tewas bersama pengawalnya karena bom mobil hari Jumat.
Al-Hassan, yang berusia 47 tahun adalah penentang kuat Suriah di Lebanon. Ia dimakamkan di Lapangan Martir di pusat kota Beirut dekat mantan Perdana Menteri Rafik Hariri, politisi anti Suriah lainnya yang juga dibunuh dengan bom truk tahun 2005.
Al-Hassan termasuk diantara delapan orang yang tewas dalam serangan hari Jumat.
Para demonstran menuduh pembunuhan hari Jumat dilakukan oleh Suriah dan menganggap pemerintah di Beirut terlalu dekat dengan rejim di sana.
Lebanon selama sebagian besar 30 tahun terakhir berada di bawah dominasi militer dan politik Suriah.