Tingkat pengangguran di Amerika tetap 7,6 persen meski laporan Departemen Tenaga Kerja Jumat menyebutkan ada tambahan 195 ribu lapangan pekerjaan.
Para pakar mengatakan teknologi yang berubah cepat dan ketidaksesuaian antara 'keterampilan dan kebutuhan pengusaha’ perlu disalahkan atas lambannya pemulihan pasar kerja Amerika.
Berdasarkan kenyataan itu, peneliti pada perusahaan ACT telah mengevaluasi jutaan pekerja dalam lima tahun untuk melihat apakah mereka memiliki keterampilan kunci yang diinginkan pengusaha, misalnya matematika terapan, membaca informasi, serta menemukan dan menganalisis informasi.
Mereka mendapati, orang yang lebih berpendidikan cenderung mendapat nilai lebih baik pada tes tersebut, tetapi Hope Clark pada ACT mengatakan pendidikan yang lebih tinggi tidak menjamin keterampilan tingkat tinggi.
Ia mengungkapkan, banyak pelamar kesulitan dengan tes kemampuan untuk mengetahui kemampuan mereka mencari informasi dan mengelolanya dengan cara-cara yang berguna di tempat kerja, seperti diagram dan grafik.
"Jika bangsa ini lebih baik dalam memahami keterampilan dan persyaratan kerja yang dituntut pengusaha, kita bisa melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik guna menjamin tenaga kerja yang ada dan tenaga kerja kita di masa depan menguasai keterampilan yang dibutuhkan pengusaha,” ujarnya.
ACT dikenal karena menguji calon mahasiswa untuk mengetahui apakah mereka siap melakukan tugas-tugas tingkat universitas.
Sementara itu, beberapa peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengungkapkan kemajuan mengesankan dalam teknologi komputer dapat menjadi penyebab lambannya pertumbuhan lapangan kerja dalam 10 atau 15 tahun terakhir.
Lonjakan teknologi belakangan ini menghilangkan sebagian lapangan pekerjaan, mengubah sifat pekerjaan, tetapi pada akhirnya menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan sering kali lebih baik.
David Rotman dari MIT memantau penelitian universitas itu dan mengatakan hasil kajian menunjukkan sekarang ini mungkin berbeda dengan kerugian nyata pada pasar kerja. Komputer telah mengambil-alih pekerjaan dalam bidang manufaktur, pekerjaan administratif dan eceran.
Penggunaan mesin-mesin dan perangkat lunak yang lebih baik akan meluas ke bidang hukum, jasa keuangan, pendidikan dan obat-obatan.
"Skenarionya adalah, mesin-mesin akan semakin menjangkau pekerjaan dan tugas yang sangat beragam, sementara kecepatan pengerahan dan kemajuan teknologi akan terus bertambah,” ujarnya.
Rotman, editor Technology Review MIT, mengatakan, beberapa cendekiawan berpendapat sifat pekerjaan berubah. Pekerjaan kelas menengah di kantor pos dan layanan pelanggan, misalnya, menghilang, sedangkan pekerjaan bergaji tinggi membuat teknologi canggih, tumbuh dan pekerjaan berupah rendah dalam sektor jasa, yang sulit digantikan mesin atau komputer, berkembang.
Para pakar mengatakan teknologi yang berubah cepat dan ketidaksesuaian antara 'keterampilan dan kebutuhan pengusaha’ perlu disalahkan atas lambannya pemulihan pasar kerja Amerika.
Berdasarkan kenyataan itu, peneliti pada perusahaan ACT telah mengevaluasi jutaan pekerja dalam lima tahun untuk melihat apakah mereka memiliki keterampilan kunci yang diinginkan pengusaha, misalnya matematika terapan, membaca informasi, serta menemukan dan menganalisis informasi.
Mereka mendapati, orang yang lebih berpendidikan cenderung mendapat nilai lebih baik pada tes tersebut, tetapi Hope Clark pada ACT mengatakan pendidikan yang lebih tinggi tidak menjamin keterampilan tingkat tinggi.
Ia mengungkapkan, banyak pelamar kesulitan dengan tes kemampuan untuk mengetahui kemampuan mereka mencari informasi dan mengelolanya dengan cara-cara yang berguna di tempat kerja, seperti diagram dan grafik.
"Jika bangsa ini lebih baik dalam memahami keterampilan dan persyaratan kerja yang dituntut pengusaha, kita bisa melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik guna menjamin tenaga kerja yang ada dan tenaga kerja kita di masa depan menguasai keterampilan yang dibutuhkan pengusaha,” ujarnya.
ACT dikenal karena menguji calon mahasiswa untuk mengetahui apakah mereka siap melakukan tugas-tugas tingkat universitas.
Sementara itu, beberapa peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengungkapkan kemajuan mengesankan dalam teknologi komputer dapat menjadi penyebab lambannya pertumbuhan lapangan kerja dalam 10 atau 15 tahun terakhir.
Lonjakan teknologi belakangan ini menghilangkan sebagian lapangan pekerjaan, mengubah sifat pekerjaan, tetapi pada akhirnya menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan sering kali lebih baik.
David Rotman dari MIT memantau penelitian universitas itu dan mengatakan hasil kajian menunjukkan sekarang ini mungkin berbeda dengan kerugian nyata pada pasar kerja. Komputer telah mengambil-alih pekerjaan dalam bidang manufaktur, pekerjaan administratif dan eceran.
Penggunaan mesin-mesin dan perangkat lunak yang lebih baik akan meluas ke bidang hukum, jasa keuangan, pendidikan dan obat-obatan.
"Skenarionya adalah, mesin-mesin akan semakin menjangkau pekerjaan dan tugas yang sangat beragam, sementara kecepatan pengerahan dan kemajuan teknologi akan terus bertambah,” ujarnya.
Rotman, editor Technology Review MIT, mengatakan, beberapa cendekiawan berpendapat sifat pekerjaan berubah. Pekerjaan kelas menengah di kantor pos dan layanan pelanggan, misalnya, menghilang, sedangkan pekerjaan bergaji tinggi membuat teknologi canggih, tumbuh dan pekerjaan berupah rendah dalam sektor jasa, yang sulit digantikan mesin atau komputer, berkembang.