Pembicaraan yang berlangsung selama tiga hari antara Taliban, para diplomat negara-negara Barat dan berbagai delegasi lainnya tentang bantuan kemanusiaan ke Afghanistan dan isu hak asasi manusia selesai pada Selasa (25/1) di Norwegia.
Penjabat Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Afghanistan yang dikuasai Taliban, Amir Khan Muttaqi, memuji pelaksanaan diskusi tersebut, yang menurutnya “berjalan dengan sangat baik.”
Pertemuan tertutup yang berlangsung di daerah pegunungan yang tertutup salju di dekat ibu kota Norwegia, Oslo, itu terjadi di tengah situasi kritis yang dialami Afghanistan, karena suhu beku musim dingin menambah kesengsaraan para rakyat Afghanistan yang telah menderita akibat memburuknya ekonomi negara itu setelah jatuhnya pemerintahan yang didukung oleh Amerika Serikat (AS), dan pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada musim panas lalu.
Berbagai kelompok bantuan dan lembaga-lembaga internasional memperkirakan bahwa sekitar 23 juta orang, lebih dari separuh penduduk negara itu, menghadapi kelaparan parah dan hampir sembilan juta orang berada di ambang kelaparan. Para warga Afghanistan terpaksa menjual harta benda untuk membeli makanan, membakar perabotan sebagai penghangat ruangan dan bahkan menjual anak-anak mereka.
Taliban menuntut agar dana sebesar $10 miliar yang dibekukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk dicairkan, tetapi sejauh ini belum ada kesepakatan mengenai hal tersebut. PBB menyediakan dana segar dan mengizinkan pemerintahan Taliban menggunakan sebagian dana itu untuk membayar biaya impor, termasuk listrik. [lt/ka]