Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, bersama wakil presiden dan beberapa pejabat senior lainnya, hari Minggu (15/8) terbang ke luar negara itu, sementara gerilyawan Taliban merebut kembali kekuasaan di Afghanistan dua puluh tahun setelah invasi Amerika menggulingkan mereka dari kekuasaan.
Beberapa pejabat tinggi di komisi militer Taliban tiba di Istana Kepresidenan di Kabul, sementara para gerilyawan Taliban mengambil posisi di sejumlah lokasi penting di kota itu.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, Minggu (15/8) sore mengukuhkan bahwa para gerilyawan diarahkan untuk menjaga pos keamanan dan instalasi lain di Kabul guna “mencegah kekacauan dan penjarahan setelah pasukan Afghanistan meninggalkan lokasi itu.” Ia juga mendesak warga untuk tetap tenang, dan mengatakan langkah-langkah itu justru untuk menjamin keamanan masyarakat.
Belum ada pernyataan dari Ghani ketika ia meninggalkan ibu kota Kabul.
Dalam pidato yang direkam sehari sebelumnya, Ghani mengatakan sedang berkonsultasi dengan para tokoh di tingkat nasional dan internasional tentang situasi yang disebutnya sebagai “perang yang dipaksakan.”
Sejumlah Petinggi Afghanistan Kecam Langkah Ghani
Kepala Dewan Rekonsiliasi Nasional Afghanistan Abdullah Abdullah memasang video di Twitter, yang mengecam Ghani.
Abdullah mengukuhkan bahwa Ghani telah meninggalkan Afghanistan, dan mengatakan, “Saya merasa mantan presiden telah meninggalkan negara dan rakyatnya dalam situasi buruk. Allah SWT akan meminta pertanggungjawabannya.”
Keberadaan dan tujuan Ghani saat ini masih belum diketahui.
Dalam satu cuitan, Wakil Presiden Amrullah Saleh, yang dikatakan telah menemani Ghani dan lainnya keluar dari Afghanistan, bertekad tidak akan tunduk pada Taliban. Tetapi ia tidak menanggapi laporan bahwa ia telah meninggalkan negara itu.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Bismillah Mohammadi dalam cuitannya mengatakan mereka “mengikat tangan kami di belakang dan menjual tanah air kami, orang-orang kaya dan kelompoknya,” merujuk pada Ghani dan teman-temannya.
Taliban Kuasai Kembali Afghanistan
Taliban menguasai kembali sebagian besar negara itu dalam lebih dari satu minggu dan mencapai gerbang ibu kota Kabul Sabtu lalu (14/8). Para gerilyawan ini awalnya tetap bertahan di luar kota, menekankan bahwa mereka menginginkan “transisi kekuasaan yang damai” untuk menyelamatkan Kabul dari kekerasan.
Sumber-sumber yang mengetahui perkembangan di Afghanistan mengatakan pada VOA, sebuah delegasi Taliban yang mengikutsertakan beberapa pemimpin jihad, politisi dan tetua Afghanistan yang terkemuka menyerukan agar Ghani mengundurkan diri dari kekuasaannya. Dalam perundingan itu Taliban bersikeras bahwa mereka tidak akan melibatkan Ghani dalam peralihan kekuasaan apapun, dengan mengatakan ia bukan presiden yang sah.
Berdasarkan kesepakatan itu, delegasi para pemimpin Afghanistan – termasuk Abdullah Abdullah – akan melakukan perjalanan ke Qatar di mana akan dilangsungkan secara resmi “peralihan kekuasaan pada Taliban,” demikian tambah sumber VOA itu.
Juru bicara Taliban, Suhail Shaheen, yang berkantor di Doha, dalam sebuah pernyataan mengatakan para gerilyawan telah diarahkan untuk tidak menyakiti siapa pun atau menyerang properti pemerintah dan swasta dalam kemajuan operasi mereka itu. Shaheen mengatakan “siapa pun yang diketahui bersalah akan diadili dan dijatuhi hukuman sangat berat” oleh Taliban. Ditambahkannya, kelompok Islamis itu sejak awal telah menegaskan bahwa mereka menginginkan “transisi kekuasaan yang damai,” dan menyalahkan pemerintahan Ghani yang telah terkepung itu karena “memajukan opsi perang.”
Taliban Minggu pagi merebut Jalalabad, ibu kota propinsi Nangarhar dan sekaligus kota utama lainnya di luar ibu kota Kabul. Beragam laporan menyatakan pasukan keamanan juga mundur dari distrik-distrik lain di Nangarhar yang berbatasan dengan Pakistan dan menguasai salah satu perbatasan utama menuju Pakistan lewat Torkam.
Taliban Rebut Pangkalan Udara Baghram & Bebaskan Tahanan
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid juga mengatakan para gerilyawan telah merebut Pangkalan Angkatan Udara Baghram dan penjara di sana, serta membebaskan para tahanan. Ada sejumlah gerilyawan Taliban terkenal yang ditahan di Baghram, yang juga berfungsi sebagai pangkalan utama misi militer asing pimpinan Amerika di Afghanistan.
Kecepatan serangan Taliban telah mengejutkan warga lokal dan masyarakat internasional. Sementara kekerasan di negara itu mencapai yang tertinggi sejak Taliban menandatangani perjanjian dengan Amerika tahun 2020 lalu, dan perebutan kota-kota berlangsung cepat tak terduga.
Taliban awalnya merebut ibu kota propinsi Nimruz pada 6 Agustus, dan sembilan hari kemudian ibu kota Kabul dikepung dari semua sisi. Kedatangan Taliban di gerbang Kabul memicu sejumlah kedutaan asing mengeluarkan staf personil mereka.
Amerika mengirim 1.000 tentara, disamping 3.000 tentara yang telah dikirim pekan lalu untuk membantu evakuasi staf Kedutaan Besar Amerika di Kabul.
“Kami telah menyampaikan pada wakil-wakil Taliban di Doha, melalui Panglima Tempur kai, bahwa tindakan apapun di Afghanistan yang membuat personil Amerika atau misi kami dalam bahaya, maka akan ditanggapi dengan respon militer Amerika yang cepat dan kuat,” ujar Presiden Amerika Joe Biden sebagaimana pernyataan Gedung Putih. [em/lt]