Tautan-tautan Akses

Taliban Bela Operasi Penggeledahan Rumah di Kabul, Larang Warga Tinggalkan Afghanistan


Seorang anggota pasukan Taliban berdiri memegang roket peluncur granat di sebuah kendaraan yang melaju di area Kabul, Afghanistan, pada 21 Januari 2022. (Foto: AFP/Mohd Rasfan)
Seorang anggota pasukan Taliban berdiri memegang roket peluncur granat di sebuah kendaraan yang melaju di area Kabul, Afghanistan, pada 21 Januari 2022. (Foto: AFP/Mohd Rasfan)

Taliban pada Minggu (27/2) membela operasi pencarian yang dilakukan dari rumah ke rumah di dan sekitar area Kabul. Mereka mengklaim upaya itu bertujuan untuk menangkap kriminal dan menyita senjata di wilayah ibu kota Afghanistan itu.

Zabihullah Mujahid, juru bicara pemerintah Taliban, juga mengumumkan mereka tidak akan mengijinkan warga Afghanistan meninggalkan negara itu, hingga kondisi kehidupan warga yang telah mengungsi ke luar negeri membaik.

Operasi keamanan, yang diberlakukan pada Jumat (25/2), dipusatkan pada wilayah permukiman kota dan beberapa provinsi terdekat. Kegiatan itu menimbulkan kepanikan dan kemarahan di kalangan penduduk di lokasi-lokasi tersebut.

Sebagian warga menduga Taliban menarget para pejabat keamanan bekas pemerintah Afghanistan dengan dalih memerangi kejahatan.

Sementara warga lainnya mengeluhkan "pelanggaran" oleh pasukan keamanan dan menganggap operasi itu melanggar privasi mereka.

Pada Minggu (27/2), Mujahid menolak tuduhan propaganda yang diarahkan oleh pihak-pihak yang menentang pemerintahan baru Afghanistan. Ia mengatakan kepada para wartawan di Kabul bahwa pasukan keamanan "bertindak dengan sangat hati-hati" dan misi mereka adalah menjamin keamanan publik.

Mujahid mengatakan operasinya "berhasil" dan akan segera selesai. Dalam operasi itu, petugas menyita ratusan senjata ringan dan berat, termasuk peluncur roket dan granat, 13 kendaraan bersenjata dan bahan peledak, tambahnya. Juru bicara itu mengatakan puluhan kriminal, termasuk beberapa anggota kelompok teroris ISIS, juga berhasil ditangkap dalam operasi tersebut.

Mujahid juga mengatakan pada Minggu (27/7) bahwa keluarga-keluarga yang ingin meninggalkan Afghanistan kini harus memiliki "alasan sah" untuk melakukannya. Ia mengaku Taliban menerima banyak laporan puluhan ribu warga Afghanistan "hidup dalam kondisi yang buruk" di Qatar dan Turki.

“Adalah tanggung jawab pemerintah untuk melindungi rakyatnya, maka (evakuasi) ini akan dihentikan hingga kami mendapat jaminan bahwa kehidupan mereka tidak akan terancam," kata Mujahid.

Lebih dari 120.000 warga Afghanistan dan pemilik kewarganegaraan ganda telah dievakuasi sejak pasukan asing pimpinan Amerika Serikat mundur dari negara itu pada akhir Agustus 2021. [vm/jm]

XS
SM
MD
LG