Demonstrasi meluas di Tepi Barat hari Selasa (2/5) setelah kematian seorang tahanan Palestina terkemuka dalam penjara Israel.
Penjara Israel mengatakan Khader Adnan meninggal setelah mogok makan selama hampir tiga bulan. Pengumuman itu disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina.
Sekitar 200 orang berkumpul di luar rumah Adnan di kota Arraba, di Tepi Barat yang diduduki Israel. Mereka membawa spanduk dan papan dengan foto Adnan, dan menyerukan balas dendam.
Istri Adnan: Jangan ada setetes darah pun tumpah
Istri Adnan, Randa Musa, mengatakan kepada warga yang berkumpul di rumahnya bahwa “ia tidak menginginkan ada setetes darah pun tumpah” sebagai pembalasan atas kematian suaminya. “Kami tidak ingin ada roket ditembakkan, atau serangan lanjutan di Gaza,” ujarnya dengan suara lirih kepada massa.
Adnan, yang merupakan pemimpin kelompok militan Jihad Islam, telah melakukan mogok makan berkepanjangan lebih dari satu dekade lalu. Ia memperkenalkan bentuk protes baru terhadap penahanan massal warga Palestina oleh Israel, tanpa tuduhan atau pengadilan.
Pada tahun 2015 ia sempat bicara pada wartawan dengan kondisinya di dalam tahanan.
“Ini terjadi bukan karena saya sangat kuat. Suatu hari nanti saya akan lelah dan jatuh sakit. Saya kerap menangis, saya kesakitan, saya muntah darah dan perut saya mengeluarkan cairan. Saya memilih bersama Allah SWT karena manusia tidak punya kekuatan apapun. Saya mengikuti petunjuk Allah SWT. Seringkali saya merasa ada keajaiban, ketika saya merasa sangat lemah, sesuatu yang ajaib terjadi pada saya, seperti ketika beberapa perempuan Israel mendatangi ruang perawatan saya di rumah sakit dan mengatakan mereka datang untuk menunjukkan rasa solidaritas pada saya. Ada pula warga Palestina yang datang, atau isyarat-isyarat lain,” ujarnya.
Laki-laki berusia 45 tahun itu menjadi tahanan pertama yang meninggal karena mogok makan dalam penjara Israel.
Jihad Islam: Kejahatan terhadap Adnan tak akan berlalu tanpa pembalasan
Seorang pejabat Jihad Islam, Dawood Shahab, mengatakan, “Apa yang terjadi pada Sheikh Khader Adnan adalah benar-benar suatu kejahatan, dan pendudukan Israel memegang tanggungjawab langsung dan penuh. Termasuk dengan segala piranti kotor, pengadilan palsu, jaksa-jaksa militer, badan keamanan dan penjara. Semua merupakan mitra dalam kejahatan ini, yang kelak akan mereka bayar dengan harga sangat mahal. Kejahatan ini tidak akan berlalu tanpa pembalasan.”
PHRI: Israel bertanggung jawab atas kematian Adnan
Direktur Advokasi Internasional “Physicians for Human Rights Israel” PHRI Dana Moss mengatakan pihak berwenang Israel bertanggungjawab atas kematian Khader Adnan.
“Adnan meninggal hari ini setelah 86 hari mogok makan. Mogok makan adalah salah satu dari sedikit alat tanpa kekerasan yang tersisa bagi warga Palestina ketika mereka berjuang melawan sistem hukum Israel yang tidak adil, yang diatur dalam konteks pendudukan jangka panjang, oleh rezim apartheid. Kami di PHRI telah sejak lama memperingatkan kematian seorang warga Palestina karena mogok makan. Kami menilai tanggung jawab atas kematiannya ada di pihak Israel. Baik badan urusan penjara Israel yang tidak mengirimnya ke rumah sakit, malah meninggalkannya di fasilitas medis penjara yang tidak memiliki perlengkapan untuk mengatasi dampak mogok makan jangka panjang; maupun Menteri Kesehatan Israel yang tidak memaksakan perawatannya di rumah sakit umum, serta tentunya rumah sakit Israel yang tidak menerima untuk merawatnya, yang jelas melanggar aturan etika dan profesional.”
Tahanan Palestina dinilai sebagai pahlawan nasional dan setiap ancaman yang dirasakan terhadap mereka selama dalam tahanan Israel dapat memicu ketegangan dan aksi kekerasan.
Sebaliknya Israel melihat Adnan dan tahanan Palestina lainnya sebagai ancaman keamanan yang dituduh terlibat dalam serangan berdarah yang menelan korban jiwa.
12 Kali Ditahan Israel, Enam Kali Mogok Makan Panjang
Selama beberapa tahun ini Adnan telah berulangkali ditangkap Israel, dan setelah memulai aksi mogok makan sepuluh tahun lalu, ia menjadi simbol keteguhan sikap menghadapi pendudukan Israel. Ia pernah mogok makan selama 66 hari pada tahun 2012, 56 hari pada tahun 2015 dan 58 hari pada tahun 2018. Israel sempat membebaskan Adnan sejenak pada tahun 2015.
Adnan mulai mogok makan setelah ditangkap kembali pada tanggal 5 Februari lalu.
Menurut Palestinian Prisoners Club, yang mewakili narapidana saat ini dan juga mantan narapidana, Adnan telah ditangkap 12 kali dan secara keseluruhan ditahan selama delapan tahun di berbagai penjara Israel. Sebagian besar lewat apa disebut sebagai “tahanan administratif,” di mana tersangka ditahan tanpa dakwaan atau diajukan ke pengadilan.
Kematiannya terjadi saat Israel dipimpin oleh pemerintah paling kanan dalam sejarah, dan penjara serta tahanan Palestina diawasi langsung oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, seorang ultranasionalis yang telah memperketat pembatasan terhadap tahanan Palestina. [em/jm]
Forum