Tautan-tautan Akses

Syekh Mohammed bin Zayed Ditunjuk sebagai Presiden Baru UEA


Syekh Mohammed bin Zayed al-Nahyan memberi isyarat saat dia berjalan di luar Downing Street di London, Inggris, 16 September 2021. (Foto: REUTERS/Hannah McKay)
Syekh Mohammed bin Zayed al-Nahyan memberi isyarat saat dia berjalan di luar Downing Street di London, Inggris, 16 September 2021. (Foto: REUTERS/Hannah McKay)

Pemimpin de facto Uni Emirat Arab (UEA) Syekh Mohammed bin Zayed al-Nahyan terpilih sebagai presiden negara Teluk Arab tersebut oleh dewan tertinggi federal pada Sabtu (14/5).

Dia menjadi presiden pada saat hubungan lama UEA dengan Amerika Serikat (AS) tegang karena Washington dianggap melepaskan diri dari masalah keamanan negara-negara sekutu Teluknya dan ketika negara-negara Barat mencari dukungan dari kawasan itu untuk membantu mengisolasi Rusia karena konflik Ukraina.

Dewan memilih Syekh Mohammed, yang dikenal sebagai MbZ, sehari setelah kematian saudara tirinya, Presiden Syekh Khalifa bin Zayed, yang juga penguasa Abu Dhabi.

"Kami mengucapkan selamat kepadanya dan berjanji setia kepadanya seperti halnya orang-orang kami ... dan seluruh negara akan mengikuti kepemimpinannya menuju kejayaan," penguasa Dubai Syekh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, yang juga wakil presiden dan perdana menteri UEA, mencuit di Twitter.

MbZ, 61, telah memegang kekuasaan selama bertahun-tahun di mana ia memimpin penataan kembali Timur Tengah yang menciptakan poros anti-Iran baru dengan Israel. Ia juga berinvestasi di militer UEA, yang ditambah dengan kekayaan minyak negara tersebut membuat pengaruh Emirat semakin luas.

UEA, pusat perdagangan dan pariwisata, juga telah memperdalam hubungan dengan Rusia dan China pada saat hubungan Washington dengan Abu Dhabi dan Riyadh telah terkikis oleh perbedaan terkait perang Yaman, kondisi Iran dan AS pada penjualan senjata yang menguntungkan.

Pemerintahan Biden telah bergerak untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara produse minyak utama, Arab Saudi dan UEA. Keduanya menolak untuk memihak dalam konflik Rusia-Ukraina dan menolak seruan Barat untuk meningkatkan produksi minyak guna membantu menjinakkan harga minyak mentah.

Tidak jelas apakah Presiden AS Joe Biden akan menjadi salah satu pemimpin dunia yang menuju ke Abu Dhabi untuk menyampaikan belasungkawa setelah kematian Syekh Khalifa.

"Saya berharap dapat bekerja dengan Syekh Mohammed untuk membangun dari fondasi yang luar biasa ini untuk lebih memperkuat ikatan antara negara dan rakyat kita," kata Biden dalam sebuah pernyataan. [ah]

XS
SM
MD
LG