Peneliti utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, berbicara dalam Rilis Temuan Survei Peta Elektoral Terkini Pilkada Jawa Barat, Kamis (12/9), mengatakan dalam simulasi Top of Mind calon gubernur, Dedi Mulyadi muncul sebagai nama yang paling banyak disebut oleh responden yaitu 40,7 persen.
Sementara dalam simulasi semi terbuka 8 nama calon yang berisi 4 nama calon gubernur dan 4 nama calon wakil gubernur, Dedi Mulyadi paling banyak dipilih (74 persen), diikuti Ahmad Syaikhu (10,2 persen), Acep Adang Ruhiat (1,9 persen), dan Jeje Wiradinata (1,9 persen). Nama-nama lain persentasenya lebih rendah.
Keunggulan Dedi Mulyadi dalam jajak pendapat itu juga tercermin dalam simulasi empat nama calon.
“Berdasarkan simulasi ini tidak terlalu banyak perubahan dibanding simulasi 8 nama yang mengikutsertakan nama calon wakil gubernur. Dedi 77,3 persen, Ahmad Syaikhu 10,8 persen, Acep Adam Ruhiat, ini calon dari PKB 2,2 persen, Jeje Wiradinata 2,1 persen, yang tidak tahu, tidak menjawab 7,7 persen” kata Burhanuddin Muhtadi.
Survei itu dilakukan pada 2 hingga 8 September 2024 dengan melibatkan 1.200 responden di Provinsi Jawa Barat yang punya hak pilih dalam pemilihan umum. Tolerasi kesalahan atau margin of error plus minus 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel responden berasal dari seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat yang diwawancarai secara tatap muka.
Memiliki Daftar Pemilih Tetap (DPT) 35,7 juta, Pilgub Jawa Barat akan diikuti empat pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang telah resmi mendaftar ke KPU Provinsi Jawa Barat. Mereka adalah Acep Adang Ruhiat –
Gitalis Dwi Natarina yang dicalonkan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), pasangan Ahmad Syaikhu – Ilham Akbar Habibie dicalonkan leh PKS, Nasdem dan PBB, berikutnya pasangan Jeje Wiradinata – Ronal Sunandar Surapradja yang dicalonkan oleh PDI Perjuangan, dan pasangan Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan yang dicalonkan oleh koalisi gemuk 13 partai termasuk partai Golkar, Gerindra dan Demokrat.
Perhatian pada Rakyat Jadi Alasan Memilih Calon
Burhanuddin menjelaskan faktor perhatian pada rakyat menjadi alasan teratas (42,6 persen) responden memilih calon. Alasan lainnya adalah belum tahu nama calon lain (16,1 persen) dan berpengalaman di pemerintah (10,4 persen).
“Jadi dari 42,6 persen baseline warga Jabar yang memilih karena faktor perhatian sama rakyat itu paling didominasi oleh pemilih Dedi Mulyadi. Jadi orang yang memilih karena faktor perhatian sama rakyat itu umumnya memilih Dedi Mulyadi. Jadi kekuatan Dedi Mulyadi disini, mungkin karena orangnya rajin muter (berkeliling-red) ke seluruh wilayah di Jawa Barat,” papar Burhanuddin.
Saat ini berdasarkan survei itu, popularitas Dedi berada di posisi teratas (93,8 persen), sementara nama-nama lain kurang dari 25 persen. Tingkat kedisukaan publik terhadap Dedi juga sangat tinggi sekitar 92,2 persen.
Peneliti utama lain Indikator Politik Indonesia lainnya, Hendro Prasetyo mengungkapkan pasangan Dedi-Erwan mendapat dukungan mayoritas di tiap segmen sosio-demografi warga Jabar. Pasangan itu mendapatkan dukungan 81,2 persen pemilih di pedesaan dan 75,9 persen pemilih di perkotaan. Sementara berdasarkan pendidikan, dukungan terbesar berasal dari pemilih berpendidikan rendah
“Pendidikan yang lebih rendah itu relatif lebih dominan ya terutama SLTP 82,1 persen, kemudian SD 79,9 persen tetapi untuk kuliah ini hanya 64,8 persen, sedangkan SLTA 77,7 persen,” kata Hendro.
Dukungan Partai Politik
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto menilai melejitnya nama Dedi dan Erwan dalam survei Indikator Politik Indonesia tidak terlepas dari dukungan partai politik yang mencalonkan mereka dalam Pilkada Jawa Barat.
“Antara lain partai Gerindra dan Partai Golkar, ini kan salah satu lumbung suara itu di Jawa Barat, dan kita bisa sama-sama tahu bahwa pemilih Prabowo itu juga signifikan sekali akan menyumbang suara (bagi) pasangan ini, sehingga tentu ini akan menjadi keuntungan politik bagi Dedi Mulyadi dan Erwan,” kata Gun Gun Heryanto.
Gun Gun Heryanto berpandangan di waktu yang tersisa hingga masa kampanye ada beberapa hal yang menentukan naik turunnya dukungan bagi ke empat pasangan tersebut yaitu pemasaran politik di media mainstream dan media sosial, serta komunikasi politik equalitarian yang menyentuh langsung masyarakat.
“Ingat Jawa Barat adalah wilayah dengan sebaran desa lebih banyak dan itu meskipun tidak jauh dari Jakarta tetapi wilayah-wilayah yang pelosoknya luar biasa sehingga kemudian salah satu kerja dengan gaya komunikasi equalitarian menjadi kunci juga,” jelas Gun Gun.
Ia juga mengatakan, tim pemenangan di desa-desa perlu membangun narasi-narasi yang mengikat basis pemilih dengan mengangkat isu-isu sederhana seperti distribusi pupuk dan beras.
“Ini yang menurut saya menjadi penting dalam konteks mengatasi problem-problem sederhana di wilayah-wilayah pedesaan selain juga tentu di wilayah perkotaan... Saya merasakan bahwa proses bekerjanya mesin partai dan tim pemenangan di level bawah itu akan menjadi pembeda,” papar Gun Gun.
Menurut Survei Indikator, pergeseran dukungan bagi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam pilkada Jawa Barat masih mungkin terjadi, hampir 70 persen warga Jawa Barat mengakui pilihannya akan ditentukan sejak masa kampanye hingga hari pemilihan mendatang. Seberapa besar pergeseran yang akan terjadi, sangat tergantung dari kemampuan masing-masing pasangan calon dan tim dalam menjangkau pemilih. [yl/ab]
Forum