JAKARTA —
Indeks kebahagiaan dibuat oleh beberapa negara di dunia setiap lima tahun sekali diantaranya oleh negara-negara Asean dan negara-negara maju. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin di Jakarta, Senin (2/6) mengumumkan hasil survey indeks kebahagiaan tahun 2013 yang baru pertama kali ini dilakukan Indonesia.
“Bahwa kita, BPS menghitung indeks kebahagiaan, ini sudah popular di dunia, beberapa negara sudah melakukan penghitungan dan juga sidang komisi statistik di PBB dibicarakan sehingga Indonesia juga pada tahun 2013 juga menghitung indeks kebahagiaan mencakup kepuasaan terhadap sepuluh domain kehidupan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, kondisi rumah dan aset, pendidikannya, kesehatannya, keharmonisan keluarga, hubungan sosial, ketersediaan waktu luang, juga kondisi lingkungan, kemudian kondisi keamanan,” kata Suryamin.
Kepala BPS, Suryamin menambahkan melalui indeks kebahagiaan menunjukkan sebagian besar masyarakat di Indonesia sudah merasa bahagia. “Kita mempunyai indeks kebahagiaan sebesar 65,11 dari skala 0 sampai 100, kalau digambarkan nol itu sangat tidak bahagia dan 100 sangat bahagia, di perkotaan indeksnya lebih tinggi daripada di pedesaan,” jelasnya.
Jika di negara-negara lain indeks kebahagiaan menjadi acuan dalam perkembangan perekonomian, diakui Kepala BPS, Suryamin, hal tersebut belum dilakukan di Indonesia. Namun diingatkannya kedepannya nanti indeks kebahagiaan dapat menjadi indikator target SDG’s yang dimulai pada tahun 2016.
“Karena kita harus mengikuti perkembangan statistik dunia MDG’s (Millennium Development Goals) ini akan berkahir 2015. 2016 itu sudah SDG’s (Sustainable Development Goals). Saya waktu itu hadir di sidang komisi statistik di PBB, kita juga menyuarakan bikin variable indikator SDG’s,” tambah Suryamin.
Untuk menghasilkan indeks kebahagiaan, BPS melakukan survei terhadap 10 ribu responden di kota-kota besar dan daerah dari berbagai tingkat sosial dan pendidikan.
BPS mencatat, kesimpulan yang dihasilkan dalam indeks kebahagiaan diantaranya adalah penduduk di perkotaan relatif lebih bahagia dibanding di pedesaan, serta rumah tangga dengan anggota satu hingga empat orang lebih bahagia dibanding rumah tangga dengan anggota lima orang atau lebih. Selain itu BPS juga mencatat penduduk, dalam hal ini perempuan yang berstatus cerai mati lebih bahagia dibanding perempuan dengan status cerai hidup.
“Bahwa kita, BPS menghitung indeks kebahagiaan, ini sudah popular di dunia, beberapa negara sudah melakukan penghitungan dan juga sidang komisi statistik di PBB dibicarakan sehingga Indonesia juga pada tahun 2013 juga menghitung indeks kebahagiaan mencakup kepuasaan terhadap sepuluh domain kehidupan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, kondisi rumah dan aset, pendidikannya, kesehatannya, keharmonisan keluarga, hubungan sosial, ketersediaan waktu luang, juga kondisi lingkungan, kemudian kondisi keamanan,” kata Suryamin.
Kepala BPS, Suryamin menambahkan melalui indeks kebahagiaan menunjukkan sebagian besar masyarakat di Indonesia sudah merasa bahagia. “Kita mempunyai indeks kebahagiaan sebesar 65,11 dari skala 0 sampai 100, kalau digambarkan nol itu sangat tidak bahagia dan 100 sangat bahagia, di perkotaan indeksnya lebih tinggi daripada di pedesaan,” jelasnya.
Jika di negara-negara lain indeks kebahagiaan menjadi acuan dalam perkembangan perekonomian, diakui Kepala BPS, Suryamin, hal tersebut belum dilakukan di Indonesia. Namun diingatkannya kedepannya nanti indeks kebahagiaan dapat menjadi indikator target SDG’s yang dimulai pada tahun 2016.
“Karena kita harus mengikuti perkembangan statistik dunia MDG’s (Millennium Development Goals) ini akan berkahir 2015. 2016 itu sudah SDG’s (Sustainable Development Goals). Saya waktu itu hadir di sidang komisi statistik di PBB, kita juga menyuarakan bikin variable indikator SDG’s,” tambah Suryamin.
Untuk menghasilkan indeks kebahagiaan, BPS melakukan survei terhadap 10 ribu responden di kota-kota besar dan daerah dari berbagai tingkat sosial dan pendidikan.
BPS mencatat, kesimpulan yang dihasilkan dalam indeks kebahagiaan diantaranya adalah penduduk di perkotaan relatif lebih bahagia dibanding di pedesaan, serta rumah tangga dengan anggota satu hingga empat orang lebih bahagia dibanding rumah tangga dengan anggota lima orang atau lebih. Selain itu BPS juga mencatat penduduk, dalam hal ini perempuan yang berstatus cerai mati lebih bahagia dibanding perempuan dengan status cerai hidup.